Kepala BNP2TKI, Nusron Wahid, menghadiri serah terima jabatan di Kantor BNP2TKI, Jakarta, 28 November 2014. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI inkumben, Basuki Tjahaja Purnama, terancam mendapat rival berat. Setidaknya tujuh partai bersepakat berkoalisi dan menghadang langkah Ahok memenangi pemilihan kepala daerah DKI 2017.
Manuver politikus tujuh partai itu disikapi santai oleh Nusron Wahid. Politikus Partai Golongan Karya yang digadang-gadang menjadi ketua pemenangan Ahok ini mengatakan tak ada strategi khusus untuk memenangkan Ahok pada pilkada 2017. Menanggapi koalisi yang dibentuk beberapa partai yang mencari calon gubernur selain Ahok, dia mengaku tidak risau.
Nusron menilai Ahok sebagai jagoan. “Yang namanya jagoan pasti dikeroyok. Udah biasa,” ucap Nusron di Jakarta, Selasa, 9 Agustus 2016.
Nusron menganggap yang terpenting dalam pilkada DKI 2017 adalah bagaimana mengambil hati rakyat. Sejak awal, sosok Ahok, menurut Nusron, sudah berseberangan dengan banyak partai. Jadi Nusron menilai Koalisi Kekeluargaan yang dibentuk tujuh partai itu bukan hal yang perlu dicemaskan.
“Jangankan tujuh partai, skenario Ahok kan lawan sampai sepuluh partai. Ini masih untung. Yang paling penting, kita enggak dikeroyok sama rakyat aja,” ujarnya.
Nusron menilai Koalisi Kekeluargaan adalah koalisi emosi sesaat dan hanya coba-coba melakukan simulasi. “Feeling politik saya, enggak bakal tuh ketujuhnya,” ucap Nusron.
Sedangkan Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham menuturkan yang penting adalah koalisi kepartaian dan koalisi kerakyatan yang diwakili sosok Ahok. “Sebagai satu kesatuan, pencerminannya adalah di situ ada partai dan di situ ada Teman Ahok,” tuturnya.