TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan proses perombakan (reshuffle) kabinet yang baru diumumkan Presiden Joko Widodo berlangsung cukup panjang. Menurut dia, hal itu disebabkan karena Jokowi harus menyeleksi dan menghubungi satu per satu calon menteri.
"Seperti Ibu Sri Mulyani (Menkeu), Presiden Joko Widodo harus berkomunikasi dengan pimpinan tertinggi World Bank dahulu agar mendapat persetujuan," kata Pramono di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 27 Juli 2016.
Pramono mengatakan reshuffle kabinet sudah dirancang Presiden Jokowi sejak bulan puasa lalu. Menurut dia, proses pergeseran menteri di Kabinet Kerja tersebut melibatkan banyak pihak dan berlangsung tertutup. “Adapun baru diumumkan hari ini karena memang prosesnya panjang," katanya.
Sedangkan proses pengumuman kepada menteri yang digantikan, Pramono mengatakan baru dilakukan pada Selasa petang kemarin. Semua menteri yang diganti dan dirotasi, kata Pramono, dipanggil ke Istana Kepresidenan untuk mendapat penjelasan mengenai alasan mereka dicopot atau dirotasi.
"Yang mendampingi Pak Presiden saat itu kebetulan saya, Pak Mensesneg (Pratikno), dan Pak Wakil Presiden Jusuf Kalla. Presiden juga menyampaikan terima kasih pada menteri yang dipanggil," katanya.
Presiden Joko Widodo hari ini mengumumkan reshuffle kabinet. Ada delapan menteri baru dan empat yang dirotasi dari posisinya. Delapan kementerian yang mendapat pemimpin baru adalah Kementerian Perhubungan, Kemenkomaritim, Kemenkopolhukam, Kemenperin, Kemenkeu, Kemendikbud, Kementerian ESDM, dan Kemendes.
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
1 hari lalu
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.