TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Ikrar Nusa Bhakti mengatakan, Basuki Tjahaja Purnama tak akan buru-buru menyebutkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menjadi salah satu partai pendukungnya.
“Ahok tentunya tidak gegabah. Kalau dia sebutkan dan PDIP menolak, ini akan mempermalukan dia atau menghancurkan namanya,” kata Ikrar ketika dihubungi Tempo di Medan hari ini, Selasa, 26 Juli 2016.
Ikrar menanggapi rencana Ahok mengumumkan maju dalam Pilkada DKI 2017 melalui partai politik pada Rabu, 27 Juli 2017. Menurut informasi yang diperoleh Tempo, tanggal pengumuman disamakan dengan peristiwa historis Tragedi 27 Juli 1996, yang mengangkat nama Megawati Soekarnoputri dan merembet ke pelengseran Soeharto kemudian pendirian PDIP.
Baca:
Kepemimpinan Risma Dinilai Lebih Mirip Jokowi
Mega Panggil Risma, Ahok kepada Pers: Jangan Cari Gosip
Ikrar berpendapat, PDIP mesti segera menentukan siapa calon yang akan didukung dalam Pilkada DKI 2017. Menurut dia, kondisi saat ini berbeda dengan 2012, ketika PDIP menyorongkan Joko Widodo-Ahok dalam Pilkada DKI. “Dulu Jokowi-Ahok didaftarkan saat injury time, sekarang berbeda,” ucapnya.
Baca:
Besok Ahok Halalbihalal di Relawan dan 3 Partai, Deklarasi?)
PDIP Dianggap Merugi Kalau Tak Pinang Ahok
Dia menjelaskan, Jokowi-Ahok dikampanyekan oleh kalangan intelektual dan civil society melalui survei opinion leaders kala itu. Jokowi juga piawai mengampanyekan dirinya sendiri sehingga merebut hati pemilih.
Nah, saat ini, menurut Ikrar, tidak ada survei opinion leaders dan belum ada calon hebat yang akan dicalonkan oleh PDIP.
JOBPIE SUGIHARTO