Vaksin Palsu, Bidan dan Distributor Jadi Tersangka Baru

Reporter

Editor

Erwin prima

Jumat, 1 Juli 2016 19:41 WIB

Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek mengendong balita, Indira Alifa Audy Prasetyo (3 bulan) putri dari Risna Agustina yang diduga menerima vaksin palsu di Klinik Bidan M Elly Novita S di Ciracas, Jakarta Timur, 30 Juni 2016. Kementerian Kesehatan memberikan vaksin ulang secara gratis kepada Balita yang diduga menerima vaksin palsu. Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Brigadir Jenderal Agung Setya mengatakan tersangka kasus vaksin palsu kini menjadi 17 orang.

Dua orang yang baru-baru menjadi tersangka yaitu diduga distributor vaksin palsu bernama Rian dan bidan Elly Novita. Mereka ditangkap pada Kamis, 30 Juni 2016.

Polisi menemukan adanya pemberian vaksin palsu di praktek bidan Elly Novita, Jalan Centex Raya RT 05, RW 11, Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur. Vaksin palsu itu diduga diberikan sejak 2014. Korbannya tercatat sedikitnya sepuluh balita di kawasan itu.

Baca juga: Begini Awal Terungkapnya Keberadaan Vaksin Palsu

Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek meninjau para terduga korban balita penerima vaksin palsu di Jakarta Timur itu. "Kami dapat informasi, di sini ditemukan adanya pemakaian vaksin palsu," kata Menteri Nila saat meninjau di Jakarta Timur, Kamis, 30 Juni 2016.

Nila menemukan ada satu dari sepuluh balita yang muntah setelah menerima vaksin. Tapi dia belum memastikan, apakah hal itu disebabkan vaksin palsu atau tidak. Kementerian Kesehatan akan meneliti dan memastikan agar anak-anak yang diduga menjadi korban vaksin palsu dapat diimunisasi ulang.

Nila mengatakan sebagian besar korban telah divaksin lebih dari setahun. Mereka memilih vaksin di tempat Elly karena mengira kualitas pelayanan lebih baik ketimbang puskesmas. "Kenapa Anda vaksin di sini, di puskesmas kan gratis," kata Nila.

Baca juga:IDI Tak Membantah Vaksin Palsu Beredar di Rumah Sakit Bogor

Para korban mengira vaksin yang diberikan bidan Elly berkualitas, karena impor. Mereka tak menyangka vaksin tersebut ternyata palsu. Tiap vaksin juga dijual oleh Elly dengan harga mahal, mulai dari Rp 180 ribu hingga Rp 325 ribu untuk tiap kali vaksin.

Padahal selama ini pemerintah memberikan vaksin gratis kepada anak. Tapi karena kurangnya kesadaran membuat masyarakat memilih bidan Elly. Sebagian besar warga mengira, pelayanan bidan Elly lebih baik ketimbang di tempat lain. Mereka baru tahu kalau tempat praktek bidan Elly menggunakan vaksin palsu.

Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto menjelaskan pihaknya mengetahui tempat itu jadi peredaran vaksin palsu dari tersangka Elly kemarin malam. "Setelah itu kami lakukan pengecekan ke para korban," tutur dia.

REZKI ALVIONITASARI | AVIT HIDAYAT

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

2 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

5 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

11 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

11 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

21 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

38 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

39 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Astra Gandeng Raline Shah Sebagai Juri Tamu di 15th SATU Indonesia Awards 2024

51 hari lalu

Astra Gandeng Raline Shah Sebagai Juri Tamu di 15th SATU Indonesia Awards 2024

Pendaftaran SATU Indonesia Awards dibuka mulai 4 Maret - 4 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

58 hari lalu

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya