Kemarau Basah hingga Agustus, Ini Faktor Penyebabnya  

Reporter

Kamis, 9 Juni 2016 05:20 WIB

Warga melintasi jalan yang tergenang banjir di Karangturi, Setrokalangan, Kudus, Jawa Tengah, 12 Februari 2016. Akibat intensitas hujan yang tinggi serta meluapnya sungai di wilayah tersebut menyebabkan sejumlah tempat mengalami kebanjiran dan aktivitas masyarakat menjadi terganggu. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Bandung - Setelah dilanda El Nino tahun lalu, wilayah Indonesia bakal mengalami anomali musim pada 2016-2017. Kemarau kini tak lagi kering karena hujan masih bakal turun seperti pada musimnya.

“Dari prediksi dengan model, banyak sekali hujan dan kemarau basah akan terjadi di wilayah kita,” kata peneliti klimatologi pada Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Bandung, Erma Yulihastin, Rabu, 8 Juni 2016.

Berdasarkan model prediksi Dynamic CCAM yang dipakai Lapan dengan memasukkan data cuaca Mei 2016, sepanjang Juni-September 2016 masih akan banyak hujan di hampir semua wilayah Indonesia.

Pada Juli-Agustus 2016, pola hujannya agak berkurang sekitar tiga pekan di Bali, Nusa Tenggara Timur, dan sedikit Jawa selatan. “Hujan di Agustus lebih banyak daripada Juli, bisa dari intensitas ataupun persistensi atau durasi hujannya,” ucap Erma.

Faktor-faktor penyebab musim kemarau basah di Indonesia kini mulai bermunculan. Indian Ocean Dipole (IOD) atau kondisi suhu perairan Samudra Hindia menunjukkan angka negatif, yakni -0,69, di dekat Sumatera.

Artinya, suhu menghangat dan konveksi atau proses pembentukan awan serta hujan bergerak dari Afrika ke wilayah Indonesia. “Kekuatannya berpengaruh sampai Indonesia tengah serta timur, akan banyak angin, uap, dan hujan,” ujarnya.

Sedangkan di Samudra Pasifik yang kini terpantau masih normal memunculkan gejala La Nina. Tandanya, suhu permukaan laut di Pasifik mengalami anomali, yakni lebih dingin ketimbang suhu rata-rata.

Adapun angin timur dari Australia yang kering dan biasanya menyebabkan Indonesia mengalami kemarau ikut berinteraksi. “Yang berperan mengontrol kondisi saat ini kelihatannya Samudra Hindia,” tutur Erma.

Dua faktor tersebut, yang berada di lautan, kali ini, menurut Erma, bisa lebih parah dampaknya dibanding kejadian 1998. Meskipun ada perulangan waktu, misalnya 2010 dan 2013, terjadi pula kemarau basah, Erma mengatakan hal itu bukan periodesasi.

“Bukan siklus tiga tahunan, karena di atmosfer tidak ada siklus. Fenomenanya nonlinear dan chaos,” ujar Erma.

Namun, berdasarkan riset mutakhir tentang anomali cuaca, fenomena El Nino dan La Nina semakin kerap terjadi akibat perubahan iklim.

ANWAR SISWADI




Berita terkait

Keunikan Stadion Siliwangi, Lokasi Konser Sheila on 7 di Bandung, Pernah jadi Markas Tim Sepak Bola Militer Belanda

2 hari lalu

Keunikan Stadion Siliwangi, Lokasi Konser Sheila on 7 di Bandung, Pernah jadi Markas Tim Sepak Bola Militer Belanda

Di Bandung, Sheila on 7 akan mangung di Stadion Siliwangi. Awalnya stadion itu bernama lapangan SPARTA, markas tim sepak bola militer Hindia Belanda.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

6 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

9 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

10 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

10 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita di Apartemen Jardin Bandung yang Kabur ke Jakarta

12 hari lalu

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita di Apartemen Jardin Bandung yang Kabur ke Jakarta

Seorang wanita ditemukan tewas di Apartemen Jardin, Kota Bandung, diduga dibunuh pelanggannya

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

15 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Rekomendasi 5 Tempat Wisata Air di Bandung untuk Menghabiskan Waktu Libur Lebaran

17 hari lalu

Rekomendasi 5 Tempat Wisata Air di Bandung untuk Menghabiskan Waktu Libur Lebaran

Salah satu aktivitas rekreasi yang bisa dilakukan bersama dengan keluarga ketika masa libur lebaranadalah berenang.

Baca Selengkapnya

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

21 hari lalu

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.

Baca Selengkapnya

Penumpang Terminal Leuwipanjang Bandung Naik 20 Persen Selama Arus Mudik Lebaran

22 hari lalu

Penumpang Terminal Leuwipanjang Bandung Naik 20 Persen Selama Arus Mudik Lebaran

Kepala Terminal Leuwipanjang Kota Bdung Asep Hidayat mengatakan, kenaikan jumlah penumpang di arus mudik Lebaran terpantau sejak H-7.

Baca Selengkapnya