Gelar Science Fair, FAO Rayakan Hari Kacang-kacangan 2016

Reporter

Jumat, 3 Juni 2016 14:34 WIB

Para siswa Sekolah Cikal Amri, Cipayung, Jakarta membuat karya seni dengan bahan dasar kacang-kacangan dalam "Science Fair International Year of Pulses 2016" di Jakarta, 2 Juni 2016. (Foto: FAO Jakarta)

TEMPO.CO, Jakarta - Mungkin belum banyak yang tahu bahwa Perserikatan Bangsa-bangsa, lewat resolusi 6/2013, menetapkan 2016 sebagai Tahun Kacang-kacangan Internasional.

Inisiatif terhadap penetapan tersebut datang dari Pakistan dan Turki, yang menyatakan kacang-kacangan memegang peranan penting dalam menghadapi tantangan keamanan pangan dan perubahan iklim yang sekaligus berkontribusi pada pasokan sumber makanan yang seimbang dan sehat.

“Sudah tiba saatnya bagi kita kembali dan mempromosikan kekayaan serta keberagaman Indonesia melalui berbagai jenis masakan berbahan kacang-kacangan. Kacang-kacangan terbukti sebagai sumber nutrisi penting, menyehatkan, dan murah,” kata Jiwon Rhee, Associate Professional Officer di Perwakilan Badan Pangan Dunia (FAO) di Indonesia, Kamis, 2 Juni 2016.

Masyarakat Indonesia, terutama mereka yang tinggal di kawasan timur, mengkonsumsi kacang-kacangan sebagai bagian dari makanan pokok mereka. Di Nusa Tenggara Timur, catemak jagung merupakan makanan pokok tradisional yang dibuat dari jagung dan kacang-kacangan.

Dalam rangka merayakan Tahun Kacang-kacangan Internasional, FAO Indonesia mengadakan “Science Fair on International Year of Pulses 2016”. Acara tersebut berisi kegiatan sains dalam mengolah kacang-kacangan, termasuk workshop, untuk membuat tempe, hidroponik, lomba masak, lomba poster digital, dan membuat karya seni dengan bahan dasar kacang-kacangan.

Salah seorang peserta, Aisha, 12 tahun, kelas VI Sekolah Cikal, mengatakan Science Fair ini membuka matanya tentang pentingnya kacang bagi kesehatan serta bagian dari solusi untuk menghadapi perubahan iklim.

“Saya kira ini bagus sekali, saya jadi mengerti bahwa kacang dapat menjadi solusi bagi banyak permasalahan di dunia, seperti kelaparan, dan kacang juga bernilai gizi tinggi. saya jadi tertarik makan kacang,” tuturnya.

Kacang-kacangan merupakan sumber protein yang murah. Sebagai salah satu komponen makanan utama, protein dari kacang-kacangan jauh lebih murah ketimbang protein hewani. Petani kecil yang menanam kacang-kacangan juga dapat menjual panen mereka ke pasar atau mengolahnya lebih dulu untuk kemudian dijual sebagai sumber penghasilan.

Sebagai salah satu sumber utama bahan makanan, kacang-kacangan memiliki banyak nutrisi penting yang bermanfaat bagi kesehatan karena kandungan protein dan asam amino esensialnya yang tinggi serta sebagai sumber karbohidrat kompleks, vitamin, dan mineral.

Meskipun jumlah penduduk yang mengalami masalah kekurangan gizi terus menurun dari tahun ke tahun, saat ini diperkirakan ada 800 juta orang di seluruh dunia yang masih dibayangi masalah kelaparan dan sekitar 20 juta di antaranya tinggal di Indonesia.

Ketahanan pangan dan nutrisi telah dinyatakan sebagai kunci dari tujuan pembangunan internasional dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 2 dari Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030. Karena 2016 merupakan tahun pertama implementasi agenda tersebut, IYP akan mengaitkan kontribusi kacang-kacangan terhadap target-target utama dalam SDG 2, khususnya terkait dengan pangan, malnutrisi, penghasilan masyarakat kecil, dan pertanian berkelanjutan.

Mengenalkan kacang-kacangan sebagai bagian dari komponen pertanian dapat menjadi kunci terhadap tantangan ketahanan pangan dan perubahan iklim. Sistem wanatani yang memasukkan komponen kacang-kacangan, misalnya kacang gude (pigeon peas), yang ditanam bersamaan dengan tanaman lain, dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan petani dan menambah sumber penghasilan.

Sistem wanatani juga mampu menghadapi perubahan iklim yang ekstrem karena kacang-kacangan merupakan jenis tanaman yang lebih tangguh dan membantu menyuburkan tanah. Kacang-kacangan juga dapat beradaptasi dengan perubahan iklim dan membantu memitigasi perubahan iklim.

Diperkirakan, secara global, 190 juta hektare tanaman kacang-kacangan menyumbang 5-7 juta ton nitrogen dalam tanah. Tanaman kacang-kacangan dapat membantu memperbaiki kadar nitrogen dalam tanah sehingga mengurangi kebutuhan pupuk, baik organik maupun sintesis, sehingga turut mengurangi emisi rumah kaca.

“Kacang-kacangan baik untuk tubuh kita, bermanfaat bagi petani, dan memberikan dampak positif bagi lingkungan. Kacang-kacangan akan memiliki peran penting bagi masa depan kita secara berkelanjutan,” kata Jiwon Rhee.

NATALIA SANTI

Berita terkait

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

28 hari lalu

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

Komnas HAM apresiasi kesimpulan dan rekomendasi Komite HAM PBB. Meminta pemerintah implementasi kebijakan dan pelaksanaan di pusat serta daerah

Baca Selengkapnya

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

43 hari lalu

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

TPN Ganjar-Mahfud menilai sosoran PBB soal cawe-cawe Jokowi, telah membuat citra bekas Wali Kota Solo itu menjadi buruk di mata dunia.

Baca Selengkapnya

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

13 Februari 2024

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

Hiu bambu dan tiga satwa liar yang hidup di Indonesia masuk dalam laporan PBB. Ribuan spesies yang bermigrasi dalam situasi mengkhawatirkan.

Baca Selengkapnya

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

9 Februari 2024

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengajak negara pesisir Samudera Hindia untuk menggenjot sistem mitigasi tsunami, mencakup kesiagaan masyarakat.

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

21 September 2023

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

Presiden Jokowi berulangkali tidak hadir secara langsung dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Baca Selengkapnya

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

20 September 2023

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

Pembelajaran sepanjang hayat dan meningkatkan keterampilan menjadi kunci mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDG.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Dua Pelajar Putri NU Wakili Indonesia di ECOSOC Youth Forum PBB

26 April 2023

Dua Pelajar Putri NU Wakili Indonesia di ECOSOC Youth Forum PBB

Dua kader Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) mewakili Indonesia di forum diskusi internasional ECOSOC Youth Forum PBBB

Baca Selengkapnya