Rumah Tradisional Yogya Kurangi Risiko Gempa Bumi

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Kamis, 26 Mei 2016 17:49 WIB

Sejumlah warga bergotong royong membersihkan puing bangunan yang roboh karena gempa bumi di Tirtohargo, Kretek, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (25/1). Gempa sebesar 6,5 SR yang terjadi di laut sebelah barat daya Kebumen, Jawa Tengah menyebabkan lima rumah di kawasan tersebut rusak. ANTARA/Sigid Kurniawan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sepuluh tahun lalu, tepatnya 26 Mei 2006, gempa bumi besar menggoyang kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta selatan yang menimbulkan kerusakan meluas dan korban jiwa. Tantangan terbesar saat ini untuk pengurangan risiko bencana gempa bumi di DIY ialah menjaga ingatan dan kewaspadaan masyarakat.

Karena itu, integrasi strategi pengurangan risiko bencana dengan aspek kebudayaan menjadi penting. "Dulu proses pemulihan pascagempa di DIY lebih cepat daripada daerah lain juga karena faktor budaya," ujar Kepala Pusat Studi Bencana UGM Djati Mardiatno, Kamis, 26 Mei 2016.

Djati berasumsi, DIY sejak dulu sudah rawan gempa, sehingga kemungkinan besar budaya kewaspadaan terhadap bencana ini telah hidup sejak ratusan tahun lalu. Djati mencontohkan struktur rumah tradisional di DIY yang umumnya tak memakai sambungan paten dengan paku. Tiap rangka kayu disambung dengan pasak. Tiap sambungan biasanya dibalut kain untuk bantalan.

Struktur seperti ini, menurut Djati, menunjukkan upaya masyarakat pada masa lampau membuat rangka rumahnya lebih lentur dan fleksibel saat menghadapi guncangan. "Struktur rumah limasan ternyata ada gunanya. Atap rumah bisa tak langsung roboh menimpa penghuninya saat terkena guncangan," ujarnya.

Arsitektur rumah menentukan pengurangan risiko bencana karena korban jiwa mudah muncul lantaran bangunan yang rapuh. Djati mencatat, saat gempa bumi 2006, mayoritas korban di kawasan Bantul meninggal dunia akibat terkena runtuhan bangunan.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika DIY Tony Agus Wijaya menuturkan publik perlu menerima edukasi terus-menerus mengenai potensi kegempaan. Apalagi, di DIY, pemicu gempa bumi muncul dari dua sumber. Keduanya ialah jalur subduksi di bawah laut selatan dan sesar yang aktif di daratan.

Dalam kondisi ini, strategi pengurangan risiko bencana yang efektif ialah mendorong masyarakat mengenal potensi kegempaan secara memadai. "Publik di DIY harus diajak berharmoni dengan bencana," kata Tony.

Kini BMKG sedang menyempurnakan pemetaan potensi bencana gempa dengan meneliti karakter sesar aktif. Sejak dua tahun lalu, BMKG mendirikan empat stasiun pengamatan aktivitas sesar di Gamping, Playen, Piyungan, dan Pundong. "Proses penelitiannya masih berlangsung. Hasilnya akan segera kami informasikan ke publik," ucap Tony.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM






Advertising
Advertising

Berita terkait

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

57 menit lalu

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

BMKG mencatat 106 kali gempa di Jawa Barat pada April 2024. Dari 6 guncangan yang terasa, gempa Garut M6,2 jadi yang paling besar.

Baca Selengkapnya

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

2 hari lalu

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

Gempa bumi M4,2 mengguncang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. BPBD Kabupaten Bandung mengecek informasi kerusakan akibat gempa.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

2 hari lalu

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

BMKG melaporkan gempa berkekuatan M4,2 di Kabupaten Bandung. Ditengarai akibat aktivitas Sesar Garut Selatan. Tidak ada laporan kerusakan.

Baca Selengkapnya

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

3 hari lalu

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

BMKG mencatat kejadian gempa bumi dengan kekuatan M5,5 di wilayah Maluku Utara. Pusat gempa di laut, dipicu deformasi batuan Lempeng Laut Maluku.

Baca Selengkapnya

Intensitas Gempa di Jawa Barat Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Adaptif dan Proaktif Mitigasi Bencana

3 hari lalu

Intensitas Gempa di Jawa Barat Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Adaptif dan Proaktif Mitigasi Bencana

Wilayah Garut, Cianjur, Tasikmalaya, Pangandaran dan Sukabumi memiliki sejarah kejadian gempa bumi yang sering terulang sejak tahun 1844.

Baca Selengkapnya

Rekomendasi 20 Destinasi Wisata Garut, Termasuk Candi Cangkuang dan Leuwi Jurig

3 hari lalu

Rekomendasi 20 Destinasi Wisata Garut, Termasuk Candi Cangkuang dan Leuwi Jurig

Garut alami gempa bumi belum lama ini. Daerah ini memiliki beragam destinasi wisata unggulan, antara lain Candi Cangkuang hingga Pantai Cijeruk.

Baca Selengkapnya

BMKG Minta Warga Waspada 5 Potensi Bencana Susulan Akibat Gempa Bumi

3 hari lalu

BMKG Minta Warga Waspada 5 Potensi Bencana Susulan Akibat Gempa Bumi

Gempa bumi seperti yang terjadi di Garut, menurut BMKG sering disusul dengan bencana lainnya seperti tanah longsor, pohon tumbang, bahkan tsunami.

Baca Selengkapnya

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

4 hari lalu

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

Korban gempa Garut bertahan di rumah mereka yang rawan roboh karena tidak ada tempat pengungsian.

Baca Selengkapnya

Gempa M 6,5 di Garut, Begini Penjelasan Lengkap Badan Geologi ESDM

5 hari lalu

Gempa M 6,5 di Garut, Begini Penjelasan Lengkap Badan Geologi ESDM

Badan Geologi ESDM membeberkan analisis tentang gempa bumi berkekuatan 6,2 magnitudo pada Sabtu malam, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Gempa M6,2 di Kabupaten Garut Rusak Sejumlah Bangunan

5 hari lalu

Gempa M6,2 di Kabupaten Garut Rusak Sejumlah Bangunan

Sedikitnya empat orang luka-luka akibat gempa yang terjadi pada Sabtu malam ini.

Baca Selengkapnya