Razia Buku Kiri, Penjual Buku Surabaya Ketakutan Didatangi Intel  

Reporter

Senin, 16 Mei 2016 14:08 WIB

Ilustrasi buku. Sxc.hu

TEMPO.CO, Surabaya - Penjual buku di Surabaya memilih menahan penjualan buku-buku bermuatan ideologi sosialisme dan komunisme. Itu dilakukan menyusul razia atau sweeping oleh aparat intelijen.

“Minggu lalu salah seorang kawan saya yang menjual buku-buku pergerakan didatangi petugas intelijen,” kata Adi, pemilik lapak buku online yang berdomisili di Wonokromo, saat dihubungi Tempo, Senin, 16 Mei 2016. Namun sang kawan enggan diwawancarai karena merasa ketakutan setelah didatangi petugas intelijen.

Menurut Adi, kawannya berjualan buku-buku sejarah dan pergerakan berbagai ideologi, termasuk sosialisme dan komunisme. Tak hanya berjualan di Internet, tapi ia juga membuka perpustakaan sekaligus toko buku kecil-kecilan di kawasan Surabaya Timur.

Adi menjelaskan, toko buku kawannya didatangi seorang berpakaian preman dengan gelagat yang tak lazim. “Dia ditanya-tanya, ada buku marxisme enggak? Tanpa menyebut judul bukunya,” ujar Adi. Karena ketakutan, kawannya memilih berbohong dengan menjawab bahwa stok sedang habis.

Sejak muncul gerakan anti-PKI beberapa minggu belakangan, Adi dan kawan-kawannya sesama penjual buku pergerakan terpaksa "tiarap". Ia yang biasa mempromosikan bukunya via media sosial memilih menghapus unggahan foto buku-buku kiri. “Sekarang jual buku-buku sejarah biasa saja, enggak yang berbau ke-kiri-an,” katanya.

Adi mengatakan aparat intelijen yang melakukan razia tidak mengetahui buku kiri yang dicarinya. Padahal, kata Adi, tak semua buku kiri yang beredar di pasaran itu bermutu, apalagi membahayakan. “Tapi karena aparat enggak tahu isinya, terkesan asal razia,” tuturnya.

Adi tak tahu sampai kapan ia berhenti menjual koleksi buku-buku bermuatan ideologi sosialisme dan komunisme. Ia menampik sengaja menahan penjualan supaya harga jualnya meroket. “Sudah saya cek ke rekan-rekan di Yogyakarta, harganya enggak ada perubahan,” ucapnya.

Adi menjelaskan, buku bisa mahal bukan karena ada razia seperti yang terjadi saat ini. Harga buku ditentukan apakah buku tersebut telah lama dicetak, kualitas tulisan, serta kelas karya penulisnya.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengklaim aparat kepolisian tidak menyita buku-buku bertema komunisme dari toko, kampus, dan percetakan. Menurut Badrodin, pengambilan buku hanya untuk contoh yang diserahkan kepada Kejaksaan Agung guna diteliti.

ARTIKA RACHMI FARMITA



Berita terkait

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

34 menit lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

16 jam lalu

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

Berikut ini syarat penerimaan SIPSS, Taruna Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 serta tata cara pendaftarannya yang perlu diketahui.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

1 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

1 hari lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

1 hari lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

2 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

2 hari lalu

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

Korlantas Polri memastikan pelat nomor khusus kendaraan dinas berkode 'ZZ' harus tetap mematuhi aturan ganjil genap.

Baca Selengkapnya

Korlantas Ungkap Banyak Lembaga Negara Buat Pelat Dinas Tapi Tak Tercatat di Database Polri

2 hari lalu

Korlantas Ungkap Banyak Lembaga Negara Buat Pelat Dinas Tapi Tak Tercatat di Database Polri

Korlantas Polri mengungkap, terdapat banyak lembaga negara yang membuat pelat kendaraan dinas dan STNK khusus sendiri.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

2 hari lalu

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

Komnas HAM menggunakan 127 indikator untuk mengukur pemenuhan kewajiban negara dalam pelaksanaan HAM.

Baca Selengkapnya

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Plat Kendaraan hingga Konflik Antaranggota

2 hari lalu

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Plat Kendaraan hingga Konflik Antaranggota

Yusri juga berharap, TNI dan Polri memiliki frekuensi yang sama dalam mengatasi berbagai permasalahan itu.

Baca Selengkapnya