Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, memeriksa alutsista TNI seusai upacara serah terima Alih Kodal Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI, di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, 3 Maret 2016. 3.274 personel TNI bertugas melaksanakan tindakan reaksi cepat terhadap berbagai ancaman yang terjadi dalam rangka menangkal, menyanggah dan menghancurkan musuh yang mengganggu kedaulatan NKRI. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Panjaitan mengatakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo akan menemui pemimpin militer dari Filipina dan Malaysia terkait dengan pembebasan warga negara Indonesia yang ditahan di Filipina.
"Panglima TNI itu akan ketemu dengan partner-partner dari Filipina dan Malaysia. Tanggal 3 kalau tidak salah," kata Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Kamis, 28 April 2016. Pertemuan itu, kata dia, juga akan dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Selain terkait dengan pembebasan warga negara Indonesia, salah satu fokus pembahasan, kata dia, adalah operasi gabungan yang akan dilakukan untuk mengamankan kawasan atau wilayah yang terancam kelompok teroris. Tapi, ia menegaskan, belum tentu operasi gabungan berujung pada penyerangan terhadap kelompok Abu Sayyaf. "Filipina punya konstitusi bahwa tentara asing tidak boleh beroperasi di daerah," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan akan mengundang panglima angkatan bersenjata dan Menteri Luar Negeri Filipina untuk membahas pengamanan regional terkait dengan pembebasan sandera warga negara Indonesia. Presiden juga akan mengundang panglima angkatan bersenjata dan Menteri Luar Negeri Malaysia. Presiden Jokowi mengatakan Indonesia akan mengajak dua negara itu berpatroli bersama untuk mengamankan kawasan.