Tata Kelola Hutan Kabupaten Lebih Rendah Dibandingkan Pusat  

Reporter

Rabu, 27 April 2016 00:36 WIB

Hutan yang telah dirusak oleh para perambah di Lahat, Sumatera Selatan, 25 Februari 2015. ANTARA/Iggoy el Fitra

TEMPO.CO, Jakarta - Hampir dua tahun pemerintahan Joko Widodo berkuasa, tapi upaya perbaikan tata kelola hutan masih belum berjalan cepat. Perubahan yang terjadi di sektor ini juga belum berdampak secara signifikan.

Itu merupakan temuan yang terdapat dalam buku Kajian Tata Kelola Hutan 2015 yang ditulis
Hariadi Kartodiharjo dan Abdul Wahib Situmorang. Pada Selasa, 26 April 2016, buku itu diluncurkan di kantor UNDP, Jakarta Pusat.

Hariadi menjelaskan, pemerintahan di kabupaten dan provinsi memiliki tata kelola yang lebih rendah ketimbang pemerintah pusat. Hasil kajian ini sejalan dengan data perkembangan Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GN-PSDA) yang dikoordinasikan KPK.

Secara agregat, sebanyak 49 persen responden menyatakan kondisi tata kelola hutan pada tahun 2015 telah mengalami kemajuan. Sedangkan 30 persen responden mengatakan pengelolaan masih stagnan, dan sisanya justru menilai tata kelola mengalami kemunduran.

Para responden memberi nilai 2,9 dari skala 1 (maju) sampai dengan 10 (sangat maju) terhadap nilai kemajuan perbaikan tata kelola hutan di tahun 2015. Adapun responden memberi nilai 5 dari skala 1 (mundur) sampai dengan 10 (sangat mundur) untuk penilaian stagnan dan kemunduran.

Hariadi mengatakan hasil pengolahan data perkembangan status implementasi GN-PSDA menunjukkan rata-rata provinsi yang menjadi target pelaksanaan rencana aksi GN-PSDA per pulau diberikan nilai negatif, yaitu -0,5. "Dengan kata lain, semua provinsi belum melaksanakan rencana aksi perbaikan tata kelola hutan," katanya.

Menurut Hariadi, tidak ada satu pun yang mendapat nilai melebihi 0. Nilai di atas 0 merupakan indikator bahwa provinsi memiliki target melaksanakan semua rencana aksi yang disetujui oleh provinsi prioritas.

Hasil penilaian tingkat kepatuhan setiap provinsi prioritas GN-PSDA menunjukkan tren yang sama dengan hasil pandangan responden terhadap kondisi tata kelola hutan 2015.

"Masing-masing menunjukkan upaya perbaikan tata kelola hutan masih belum berjalan cepat, dan perubahan yang terjadi belum berdampak secara signifikan," katanya.

Hasil pengolahan data menunjukkan implementasi rencana aksi penyelesaian konflik tenurial paling rendah tingkat implementasinya.

Penyelesaian pengukuhan kawasan hutan, perluasan kelola wilayah masyarakat, dan pengendalian sistem antikorupsi merupakan implementasi lainnya yang masih rendah. Hariadi mengatakan perbaikan justru terjadi dalam penataan perizinan.

United Nations Development Programs (UNDP) Indonesia membuat kajian mengenai tata kelola hutan di Indonesia pada 2015. Hasilnya menunjukkan pengelolaan hutan belum mengalami kemajuan signifikan dari tahun sebelumnya.

Hariadi mengatakan kajian dibuat untuk melihat realisasi di lapangan berdasarkan pandangan publik. "Keduanya sering kali berbeda dengan rencana ataupun kinerja pemerintah berdasarkan output setiap unit kerja," katanya.

VINDRY FLORENTIN

Berita terkait

Rimbawan Muda: Debat Cawapres Gagal Elaborasi Partisipasi Masyarakat Adat

23 Januari 2024

Rimbawan Muda: Debat Cawapres Gagal Elaborasi Partisipasi Masyarakat Adat

Debat cawapres 2024 kedua dinilai Rimbawan Muda Indonesia (RMI) gagal memahami aspek tata kelola kehutanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ada Dana Rp 88,7 Miliar untuk Konservasi Taman Nasional Komodo

8 Januari 2022

Ada Dana Rp 88,7 Miliar untuk Konservasi Taman Nasional Komodo

Fokus konservasi komodo berlangsung di Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai Timur, dan Ngada, Nusa Tenggara Timur.

Baca Selengkapnya

PBB Peringatkan Sistem Perbankan Afghanistan Bisa Hancur dalam Beberapa Bulan

22 November 2021

PBB Peringatkan Sistem Perbankan Afghanistan Bisa Hancur dalam Beberapa Bulan

Hilangnya dukungan pembangunan asing setelah Taliban merebut kekuasaan pada 15 Agustus menyebabkan tekanan pada sistem perbankan Afghanistan.

Baca Selengkapnya

Tingkatkan Daya Saing Perikanan Nasional melalui Sinkronisasi Fungsional

13 Agustus 2021

Tingkatkan Daya Saing Perikanan Nasional melalui Sinkronisasi Fungsional

Pembangunan berbasis Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-based economy) jika dapat berjalan baik bisa mengoptimalisasi manfaat dan pemerataan ekonomi dari perikanan dan kelautan.

Baca Selengkapnya

Menagih Hak Daerah dalam Tata Kelola Perikanan WPP

9 Agustus 2021

Menagih Hak Daerah dalam Tata Kelola Perikanan WPP

Permasalahan dalam penerapan WPP selama ini, yakni kurang jelasnya pembagian hak dari pemerintah pusat untuk daerah.

Baca Selengkapnya

Perikanan Produktif dan Terukur Berbasis WPP

22 Juli 2021

Perikanan Produktif dan Terukur Berbasis WPP

Implementasi WPP dapat dilakukan dengan pemberian insentif yang berkeadilan, pemanfaatan teknologi, revitalisasi data, dan ketegasan fungsi kontrol.

Baca Selengkapnya

UNDP Koordinasi dan Kerjasama Multipihak Kunci Pembangunan Perikanan dan Kelautan Indonesia

15 Juli 2021

UNDP Koordinasi dan Kerjasama Multipihak Kunci Pembangunan Perikanan dan Kelautan Indonesia

UNDP berpandangan harmonisasi peran pemerintah pusat dan daerah serta stakeholder perikanan lainnya menjadi kunci dalam mengoptimalkan potensi kelautan dan perikanan Indonesia

Baca Selengkapnya

Dunia Usaha Minta Kepastian Regulasi Kelautan dan Perikanan

7 Juli 2021

Dunia Usaha Minta Kepastian Regulasi Kelautan dan Perikanan

Kalangan pengusaha berharap pemerintah membuat kebijakan yang tepat arah dan bersumber pada data yang akurat.

Baca Selengkapnya

Merawat Perikanan Lewat WPP Sesuai Karakter Masing-Masing Wilayah

11 Juni 2021

Merawat Perikanan Lewat WPP Sesuai Karakter Masing-Masing Wilayah

Kalangan ahli menyarankan Pemerintah Pusat untuk membangun perikanan Indonesia sesuai karakteristik di masing-masing 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan.

Baca Selengkapnya

Webinar UNDP Kembali Bahas Wilayah Pengelolaan Perikanan

6 Mei 2021

Webinar UNDP Kembali Bahas Wilayah Pengelolaan Perikanan

UNDP Indonesia dan Bappenas akan menggelar webinar online dengan tema Sinkronisasi Struktural dan Fungsional Dalam Mewujudkan Tata Kelola WPP Multisektor Kelautan dan Perikanan

Baca Selengkapnya