TEMPO.CO, Kediri – Mengaku sebagai perwira menengah polisi berpangkat ajun komisaris besar, Budi Santoso, 36 tahun, memperdayai empat siswi sekolah menengah pertama. Tak hanya mengembat motor korban, pelaku juga merampas mahkota dua siswi di bawah ancaman pistol air soft gun.

Modus warga Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur itu ialah memperkenalkan diri sebagai anggota satuan reserse dan kriminal. Dia menggertak korbannya dengan menuduh siswi-siswi tersebut terlibat dalam jaringan peredaran narkoba.

“Korban yang diincar siswi yang punya sepeda motor,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kediri Ajun Komisaris Aldy Sulaiman, Sabtu, 16 April 2016.

Karena ketakutan, korban menurut saja saat dibawa hutan kopi Desa Sepawon, Kecamatan Plosoklaten dengan dalih akan dipertemukan dengan jaringan narkoba yang lebih dulu ditangkap. Tiba di kawasan hutan, Budi merampas sepeda motor korban. Korban lalu dibawa ke sebuah villa di kawasan Songgoriti, Kota Batu.

Di tempat itulah polisi gadungan ini memperkosa korban. Perbuatan itu terungkap saat korban mengadu ke orang tuanya. Laporan itu akhirnya diteruskan ke polisi.

Lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani itu pun akhirnya diringkus. “Ternyata korbannya sudah empat pelajar dengan dua diantaranya diperkosa,” kata Aldy.

Ulul Hadi, Juru Bicara Lembaga Perlindungan Anak Kediri meminta polisi menjerat pelaku dengan pasal berlapis. Dia juga meminta polisi, jaksa, dan hakim menjatuhkan hukuman maksimal kepada Budi. “Kuncinya pada dakwaan dan vonis yang dijatuhkan,” katanya.

Dia juga meminta polisi berhati-hati dalam melakukan pemeriksaan kepada korban agar tidak menimbulkan trauma berkepanjangan. Jika dibutuhkan, negara harus menyediakan pula layanan konsultasi psikologis kepada korban.

HARI TRI WASONO