Pemerintah Repot Tangani Pemasungan, Ini Kendalanya  

Reporter

Editor

Agung Sedayu

Selasa, 22 Maret 2016 15:54 WIB

TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Nahar mengatakan ada dua hambatan paling besar terkait dengan masalah disabilitas jiwa yang berakibat pada pemasungan. “Pertama, pemahaman masyarakat yang kurang, dan obat yang tidak ada di masyarakat,” kata Nahar saat dihubungi, Selasa, 22 Maret 2016.

Nahar mengatakan kuota panti dan rumah sakit di Indonesia untuk menangani masalah penyakit jiwa masih sangat kurang. Di Jakarta saja, kata Nahar, ada empat panti sosial khusus disabilitas yang hanya bisa menampung sebanyak 1.700 pasien. Nyatanya, di Jakarta, diperkirakan ada 3.000 pasien disabilitas sosial yang harus ditangani segera.

Pasien yang tidak mendapatkan tempat di panti sosial akhirnya ditangani di rumah oleh para keluarga. Karena pemahaman tentang penanganan penyakit ini kurang, masih banyak keluarga Indonesia yang akhirnya memasung mereka. “Alasan mereka karena malu, tidak paham penanganannya,” kata Nahar. Tidak hanya keluarga yang tidak paham penanganan, tapi masyarakat umum pun banyak yang akhirnya melempar pasien penyakit jiwa dengan batu atau merisaknya.

Obat pasien disabilitas jiwa yang seharusnya bisa diakses oleh masyarakat di puskesmas nyatanya masih sangat minim. Menurut Nahar, hal itu karena anggaran untuk pembelian obat penyakit jiwa di puskesmas sangat kecil.

Nahar mengatakan pemerintah sudah memiliki Gerakan Anti-Pasung sejak 2010. Gerakan itu sudah membebaskan sebanyak 9.000 orang yang pernah dipasung. Pada 29 januari 2016, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa pun sudah mencanangkan gerakan setop pemasungan. Kementerian Sosial bekerja sama dengan Kementerian Keuangan, Kementerian Kesehatan, dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. “Kami bekerja perbaiki sistem,” kata Nahar.

Nahar mengatakan sistem yang ditingkatkan adalah upaya kesadaran masyarakat untuk melapor ke dinas sosial setempat apabila ada anggota keluarga atau terdekatnya masih mengalami pemasungan. “Agar semua pasien penyandang disabilitas mental dan psikososial yang dipasung terdata dan ditindaklanjuti oleh program pemerintah,” kata Nahar.

Kepada pemerintah daerah, Kementerian Sosial pun sudah bersurat dan menginstruksikan agar mendata dan mensosialisasikan pemahaman terkait dengan penanganan masalah pasung ini.

Sebelumnya, Human Right Watch merilis data bahwa masih banyak tindakan pemasungan yang terjadi di Indonesia. Lembaga itu mencatat ada 18.800 orang yang diketahui dan tercatat dipasung, baik di kandang, panti maupun rumah sakit jiwa di seluruh Indonesia.

Nahar mengaku tidak kaget dengan data itu. Ia mengakui masih menemukan beberapa panti swasta melakukan pemasungan. “Data itu menguatkan upaya pemerintah untuk menghapus tindakan pasung di Indonesia sesegera mungkin,” katanya.

MITRA TARIGAN

Berita terkait

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Depan Rumah Warga

15 jam lalu

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Depan Rumah Warga

Seorang suami memutilasi istrinya. Pelaku diduga mengalami gangguan jiwa.

Baca Selengkapnya

3P Ciri Orang Alami Gangguan Jiwa, Ini yang Perlu Dilakukan

4 hari lalu

3P Ciri Orang Alami Gangguan Jiwa, Ini yang Perlu Dilakukan

Psikiater menyebut ciri-ciri orang dengan gangguan jiwa yang butuh pertolongan medis. Ciri-ciri gangguan jiwa itu diistilahkan dengan 3P.

Baca Selengkapnya

Cara Membantu Penderita Hoarding Disorder, Gangguan Mental Suka Menimbun Barang

8 hari lalu

Cara Membantu Penderita Hoarding Disorder, Gangguan Mental Suka Menimbun Barang

Hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental yang membuat orang ingin terus mengumpulkan barang hingga menumpuk.

Baca Selengkapnya

Gejala Awal Orang dengan Gangguan Jiwa yang Perlu Diperhatikan

18 Februari 2024

Gejala Awal Orang dengan Gangguan Jiwa yang Perlu Diperhatikan

Psikolog mengatakan umumnya gejala awal orang dengan gangguan jiwa ialah perubahan emosi maupun perilaku yang mendadak dan cenderung ekstrem.

Baca Selengkapnya

Psikolog Ungkap 3 Penyebab Orang Alami Gangguan Jiwa

17 Februari 2024

Psikolog Ungkap 3 Penyebab Orang Alami Gangguan Jiwa

Psikolog menjelaskan ada tiga faktor penyebab gangguan jiwa, mulai dari keturunan hingga paparan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Jangan Minta ODGJ yang Baru Pulih Hidup seperti Dulu atau Kondisinya akan Memburuk Lagi

16 Februari 2024

Jangan Minta ODGJ yang Baru Pulih Hidup seperti Dulu atau Kondisinya akan Memburuk Lagi

Jangan menuntut ODGJ yang sudah dinyatakan pulih dengan obat untuk kembali hidup sempurna. Ini yang perlu dipahami keluarga pasien.

Baca Selengkapnya

Caleg Stres dan Depresi karena Gagal di Pileg 2024, Begini Penanganannya

14 Februari 2024

Caleg Stres dan Depresi karena Gagal di Pileg 2024, Begini Penanganannya

Apa saja layanan psikologis yang disediakan sejumlah rumah sakit melayani para caleg stres dan depresi akibat gagal dalam Pileg 2024?

Baca Selengkapnya

Psikiater Ingatkan Hasil Pemilu 2024 Bisa Picu Gangguan Mental pada Pemilik Komorbid

13 Februari 2024

Psikiater Ingatkan Hasil Pemilu 2024 Bisa Picu Gangguan Mental pada Pemilik Komorbid

Psikiater menuturkan gangguan mental setelah Pemilu 2024 dapat memperparah kondisi pemilik komorbid. Ini yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Risiko Caleg Stres dan Alami Gangguan Jiwa Setelah Gagal Terpilih di Pemilu 2024

8 Februari 2024

Risiko Caleg Stres dan Alami Gangguan Jiwa Setelah Gagal Terpilih di Pemilu 2024

Menjelang Pemilu 2024, beberapa kota termasuk DKI Jakarta dan Cianjur sediakan layanan kesehatan jiwa bagi caleg stres karena gagal terpilih.

Baca Selengkapnya

RSKD Duren Sawit Jadi Rujukan untuk Caleg Alami Stres dan Gangguan Jiwa di Pemilu 2024, Ini Profilnya

8 Februari 2024

RSKD Duren Sawit Jadi Rujukan untuk Caleg Alami Stres dan Gangguan Jiwa di Pemilu 2024, Ini Profilnya

Dinkes DKI Jakarta mengantisipasi penanganan caleg alami gangguan jiwa pasca Pemilu 2024, rujukan di RSKD Duren Sawit.

Baca Selengkapnya