Pelabuhan Ditutup untuk Batu Bara, Harga Semen Bakal Naik
Editor
Dewi Rina Cahyani
Senin, 21 Maret 2016 20:44 WIB
TEMPO.CO, Cirebon - Penutupan aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon akan berdampak terhadap naiknya harga semen. Ini dikarenakan biaya operasional pengangkutan batu bara akan lebih tinggi.
Hal tersebut diungkapkan Supply Departemen Head PT Indocement Tunggal Prakasa pabrik Palimanan, Agus Triwono, Senin, 21 Maret 2016. “Penutupan aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon otomatis akan berdampak pada naiknya harga semen,” kata Agus. Bahkan tidak hanya harga semen yang akan naik, pemutusan hubungan kerja (PHK) pun mengancam ribuan buruh yang pabriknya ada di Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon tersebut.
Kedua kondisi itu menurut Agus, disebabkan biaya operasional pembuatan semen akan mengalami kenaikan. Setiap harinya, kebutuhan batu bara untuk pabrik semen Palimanan mencapai 1.500 ton setiap harinya. Seluruh kebutuhan tersebut dipasok dari batu bara yang sandar dan bongkar di Pelabuhan Cirebon.
Jika Pelabuhan Cirebon dilarang untuk bongkar muat batu bara, maka menurut Agus, pihaknya akan mengantisipasi dengan mengambil pasokan batu bara di Pelabuhan Marunda di Jakarta. “Tapi tentu saja semua konsekuensinya pun harus diterima,” kata Agus.
Di antaranya adalah kenaikan biaya operasional pengiriman dari Pelabuhan Marunda ke pabrik semen di Palimanan. Biaya operasional pengiriman batu bara di Pelabuhan Marunda ke pabrik semen di Cirebon menurut Agus lebih tinggi dibandingkan pengiriman batu bara dari Pelabuhan Cirebon.
Selain itu, mereka pun belum mendapatkan jaminan jika pasokan batu bara dari Pelabuhan Marunda bisa berjalan lancar seperti halnya pasokan batu bara dari Pelabuhan Cirebon. Ini dikarenakan berbagai keterbatasan yang ada di Pelabuhan Marunda. Diantaranya keterbatasan armada pengangkut batu bara. Sehingga Agus pun mengaku khawatir jika pasokan batu bara untuk pabrik semen akan terganggu.
“Dalam jangka panjang dikhawatirkan akan menggangu kestabilan produksi pabrik,” kata Agus. Sehingga ia pun mengkhawatirkan terjadinya kenaikan harga semen hingga PHK besar-besaran.
Sementara itu Ketua INSA Cirebon, Adhe Purnama, mengakui jika saat ini belum ada pelabuhan yang representative sebagai pengganti Pelabuhan Cirebon untuk bongkar muat batu bara. “Memang ada Pelabuhan Marunda, tapi biaya operasionalnya terlalu mahal,” kata Adhe. Selain itu, pihaknya pun tidak yakin jika armada pengangkut batu bara dari Pelabuhan Marunda memadai seperti halnya angkutan batu bara di Pelabuhan Cirebon. Sehingga saat ini pun diakui Adhe, pengusaha batu bara masih kebingungan akan dibawa kemana batu bara tersebut.
Sedangkan ketua Asosiasi Pengusaha Batu bara Cirebon (APBC), Achmad Berliana Zulkifli, mengungkapkan dampak terbesar dari penutupan batu bara memang akan dirasakan oleh pabrik semen PT Indocement. “Karena selama ini pasokan batu bara mereka memang berasal dari Pelabuhan Cirebon,” kata pengusaha yang biasa dipanggil Ade Bum tersebut.
Dengan ditutupnya Pelabuhan Cirebon untuk bongkar muat batu bara, maka mereka pun harus mengeluarkan biaya operasional tambahan agar pabrik mereka tetap bisa beroperasi. Selain PT Indocement, sejumlah pabrik tekstil di Bandung dan sekitarnya pun sangat bergantung pada pasokan batu bara di Pelabuhan Cirebon.
Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementrian Perhubungan telah mengeluarkan surat larangan aktivitas bongkar batu bara di Pelabuhan Cirebon. Alasan yang dikemukakan di antaranya diperlukan revisi analisis dampak lingkungan (amdal) serta tergangguan kesehatan masyarakat sekitar pelabuhan. Sehingga Pelabuhan Cirebon pun akan ditutup untuk bongkar muat batu bara mulai 26 Maret 2016 mendatang.
IVANSYAH