TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian RI Jenderal Badrodin Haiti menegaskan, penyebab jatuhnya helikopter TNI Angkatan Darat bukan karena serangan teroris Poso. "Itu bukan karena serangan, karena bukan di daerah yang rawan penyerangan," ujar Badrodin saat acara serah-terima jabatan di Markas Besar Polri, Senin, 21 Maret 2016.
Helikopter tersebut jatuh ketika terbang di dekat permukiman warga dan mendekati bandara. "Saya mewakili Kepolisian RI turut berbelasungkawa atas gugurnya 13 prajurit terbaik TNI," ucap Badrodin.
Semalam, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Tatang Sulaiman memberi keterangan terkait dengan jatuhnya helikopter TNI AD di Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso. Tatang belum bisa memastikan penyebab jatuhnya helikopter tersebut akibat serangan teroris atau bukan.
"Saya tidak bisa mengira-ngira. Besok tunggu hasil investigasi," tutur Tatang di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Minggu, 20 Maret 2016.
Para prajurit yang berada dalam helikopter tersebut sedang melakukan Operasi Tinombala, yaitu operasi untuk mengejar kelompok Santoso. Kelompok ini kabarnya bersembunyi di Gunung Baru, Poso. Menurut Tatang, tugas perbantuan dengan Polri ini telah dilakukan sejak Desember 2015.
Helikopter TNI AD jatuh di Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso pada pukul 17.55 WIB setelah 35 menit mengudara. Dugaan sementara, helikopter tersebut jatuh karena faktor cuaca.
Helikopter jenis Bell 412 EP dengan nomor HA5171 milik TNI AD itu dibeli pada 2012. Heli itu dikerahkan dalam tugas operasi bantuan TNI kepada Polri terkait dengan terorisme di Poso.
Sebanyak 13 prajurit dikabarkan meninggal dalam peristiwa ini. Proses evakuasi peristiwa ini dipimpin Pangdam Wirabuwana. Dari 13 korban, satu di antaranya, yakni Lettu Cpn Wiradi, masih dalam pencarian.
Rencananya, besok korban yang sudah diidentifikasi akan disemayamkan di rumah duka masing-masing.