TEMPO Interaktif, Padang:Pengerjaan Bandar Udara Perintis Rokot di Pulau Sipora, Kabupaten Kepulauan Mentawai, terbengkalai. Ini akibat dari kontraktor yang meninggalkan proyek tersebut. Padahal, bandara perintis ini harus rampung pada November 2005 dan dijadwalkan beroperasi Desember 2005."Sejak akhir November hingga sekrang proyek baru selesai 37 persen. Kontraktor menghilang. Tidak kami ketahui keberadaannya dan tidak bisa kami hubungi," kata Syafruddin, Kepala Dinas Perhubungan Sumatera Barat, Sabtu siang.Menurut Syafruddin, pelaksanaan pekerjaan langsung di bawah komando kuasa pengguna anggaran yang juga Kepala Bandara Rokot. Mereka ditunjuk langsung oleh Direktorat Jenderal Perhubungan. Kepala Seksi Angkutan Udara Dinas Perhubungan Sumatera Barat, Achmad Kosasi, menjelaskan proyek tersebut dikerjakan kontraktor PT Pranadipa Topani pimpinan Ahmad Effendi. Perusahaan ini memenangkan tender proyek pada awal 2005."Sampai kini Ahmad Effendi tidak tahu keberadaannya. Nilai proyek Rp 1,4 miliar nilai, tapi baru Rp 653,46 juta yang turun. Sekitar Rp 168,38 juta belum ada laporan dari kontraktor," katanya.Bandara Rokot dibangun sejak 1980 dan mulai beroperasi 1984. Bandara perintisi ini hanya dapat didarati pesawat kecil jenis Twin Otter berkapasitas 18 penumpang. Karena minimnya penumpang, yaitu rata-rata hanya 2 penumpang akhirnya operasional Rokot ditutup Maret 1989.Setelah Kepulauan Mentawai menjadi kabupaten sendiri, Bandara Rokot kembali direnovasi dan diperbesar untuk pendaratan pesawat jenis Cassa. Pemerintah pusat mengucurkan dananya untuk proyek ini.Febrianti