Negara Tak Boleh Diskriminatif Menangani Gafatar  

Reporter

Editor

Zed abidien

Senin, 1 Februari 2016 11:39 WIB

Seorang polwan menggendong anak dari pengungsi eks Gafatar menuruni KRI Teluk Bone di Dermaga JICT II, Jakarta, 28 Januari 2016. TEMPO/Ahmad Faiz

TEMPO.CO, Yogyakarta - Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Siti Noor Laila meminta pemerintah cermat dan berhati-hati menangani persoalan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Komnas HAM menekankan tidak boleh ada diskriminasi dan kekerasan dalam menyelesaikan persoalan itu.

Siti mengatakan negara wajib melindungi masyarakat sipil yang terkait dengan persoalan Gafatar. Pertama negara harus melindungi masyarakat yang kehilangan keluarga karena terindikasi ikut Gafatar. Sebab, ada masyarakat yang melaporkan kehilangan anggota keluarganya. Kedua, negara harus melindungi anggota Gafatar yang membangun komunitas. Kalangan ketiga adalah kelompok masyarakat yang merasa terancam karena kedatangan anggota Gafatar.

“Tidak boleh ada kekerasan dan diskriminasi terhadap tiga kelompok itu,” kata Siti kepada Tempo setelah membuka pameran seni di Taman Budaya Yogyakarta, Ahad, 31 Januari 2016.

Menurut dia, setiap orang berhak memiliki keyakinan apa pun. Namun, tak boleh menggunakan kekerasan maupun intimidasi untuk memaksa orang punya keyakinan yang sama. Siti menyayangkan aparat negara terutama pemerintah daerah yang gagal mengantisipasi insiden pembakaran rumah pengikut Gafatar di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, pada 19 Januari lalu. Ia menyatakan pemerintah daerah lalai atau tidak awas. Ada ribuan pengikut Gafatar yang datang ke Kalimantan Barat. Namun, aparat pemerintah daerah, yakni kepala desa, camat, dan bupati tidak mengetahuinya.

Siti juga menyayangkan negara yang gagal mengawasi perpindahan penduduk besar-besaran dari berbagai daerah ke Kalimantan Barat. Setiap orang punya hak untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun, bila perpindahan itu menimbulkan persoalan sosial, negara hendaknya memberikan perhatian serius. Ini penting supaya persoalan sosial itu tidak semakin besar.

Persoalan sosial yang muncul saat ini adalah masyarakat yang terindikasi sebagai pengikut Gafatar tak punya aset di tempat asalnya. Selain itu, ketika mereka kembali ke daerah asalnya ada kekhawatiran mereka tidak diterima oleh penduduk di daerah itu. “Negara kecolongan soal Gafatar ini,” kata Siti.

Dia menyatakan negara bertanggung jawab menyelesaikan persoalan ini dengan menjamin rasa aman bagi semua kalangan. Misalnya, tidak boleh ada pemaksaan ketika pemerintah memindahkan anggota Gafatar ke daerah asalnya. Selain itu, ketika mereka bersedia dipindahkan untuk pulang ke daerah asalnya, negara wajib memastikan mereka aman dan mendapat perlakuan yang adil. Anggota Gafatar juga tak boleh memaksakan keyakinannya kepada orang lain.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

6 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

9 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

20 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

24 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

44 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

50 hari lalu

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

52 hari lalu

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.

Baca Selengkapnya

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

57 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.

Baca Selengkapnya

Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

22 Februari 2024

Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya