Gara-gara Isu Bakso Tikus, Pedagang Ini Merugi
Editor
MC Nieke Indrietta Baiduri
Sabtu, 23 Januari 2016 05:53 WIB
TEMPO.CO, Bangkalan - Isu bakso tikus yang merebak di Kabupaten Bangkalan dalam sebulan terakhir, membuat usaha bakso milik Kasmin, 49 tahun, hancur. Jumlah pembeli di tiga cabang warung bakso 'Sedulur' itu terus merosot. "Biasanya saya sehari habiskan 60 kilogram daging, sekarang ini paling tinggi 10 kilo per hari," kata Kasmin, Jumat, 22 Januari 2016.
Entah siapa yang menyebar isu bakso yang dijual Kasmin dicampur daging tikus. Seingat dia, suatu hari awal Desember 2015, juru parkir di salah satu cabang bakso miliknya yang terletak di Kampung Senninan, Kecamatan Kota Bangkalan, tiba-tiba menanyakan kabar bahwa dirinya pada hari itu ditangkap karena menjual bakso tikus. "Saya kaget ditanya begitu, saya jawab tidak benar," ujarnya.
Awalnya Kasmin mengira isu tersebut kabar kacangan. Namun belakangan, isu itu terus melebar. Mulanya dari mulut ke mulut, kemudian menghebohkan media sosial hingga tersebar ke seantero Bangkalan, bahkan ke pelosok kampung. Seiring dengan meluasnya isu, pelanggan Kasmin terus menyusut. Usaha yang dirintisnya sejak 1985 itu pun merugi. "Itu fitnah, saya tidak pernah mencampur daging tikus di bakso yang saya buat," katanya.
Kasmin berharap lewat pemberitaan di media massa, isu bakso tikus itu bisa dinetralisasi, agar usahanya tidak bangkrut sehingga dan tetap bisa bayar pegawai. "Sekarang saya punya empat karyawan dengan bayaran Rp 1 juta per bulan," katanya.
Isu bakso tikus itu, didengar juga oleh Muhammad Hasan, pemilik usaha pemotongan dan penjualan daging sapi di Kelurahan Bancaran. Kasmin merupakan salah satu pelanggan Hasan. "Ya, Pak Kasmin lagi susah sekarang," katanya.
Baca juga: Gerhana Matahari Total, Jembatan Ampera Jadi Arena Festival
Dua pekan terakhir, kata Hasan, jumlah pesanan daging sapi dari bakso Sedulur menurun tajam. Jika sebelum isu menyebar, rata-rata memesan 40 kilogram daging per hari. "Sekarang hanya 10 kilogram perhari," katanya.
Hasan menjamin daging yang dipakai Kasmin adalah daging sapi asli. Menurut dia, selain Kasmin mayoritas penjual bakso dan pentol di Bangkalan adalah pelanggannya. "Tidak hanya beli, daging juga digiling di sini," ujarnya lagi.
Kepala Unit Pidana Umum Kepolisian Resor Bangkalan Inspektur Satu Syamsuri juga membantah unitnya telah menangkap penjual bakso tikus. "Itu hanya isu Mas, kami tidak pernah menangani kasus seperti itu," katanya.
Menurut dia, polisi juga tidak ingin menelusuri lebih jauh isu bakso tikus tersebut karena belum ada laporan yang diterima. "Kami tidak menangani isu, kalau ada laporan baru kami proses, karena tidak ada laporan, bakso tikus itu hanya fitnah saja," ujarnya.
MUSTHOFA BISRI