Revisi UU Antiterorisme, WNI Tak Boleh Jadi Simpatisan ISIS  

Jumat, 22 Januari 2016 19:54 WIB

Seorang pria yang tidak diketahui identitasnya terlihat menenteng senjata di Jalan Thamrin, usai ledakan bom di Jakarta, 14 Januari 2016. Veri Sanovri/Xinhua via AP

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah akan mencabut paspor dan kewarganegaraan semua warga negeri Indonesia yang pergi ke Suriah atau daerah lain sebagai simpatisan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pemerintah memasukkan kewenangan pencabutan tersebut ke draf revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme.

"Kalau mau bergabung di sana (ISIS), kami cabut kewarganegaraannya," kata dia di kantornya, Jumat, 22 Januari 2016. "Kami tidak main-main melaksanakan undang-undang."

Ia mengatakan Undang-Undang Antiterorisme yang baru memang tak berlaku surut kepada para simpatisan ISIS yang telah berada di Suriah. Aturan yang diprediksi baru rampung dan berlaku dua atau tiga bulan lagi tersebut hanya mengancam simpatisan ISIS yang baru berangkat. "Tapi, kalau pemerintah tahu yang sudah di sana ternyata ikut berperang, tentu kami cabut juga," ujarnya.

Berdasarkan data intelijen dan imigrasi, menurut Luhut, saat ini sekitar 200 WNI tengah berada di Suriah dan ikut berperang. Pemerintah mengklaim akan melakukan pengawasan ketat terhadap mereka seandainya kembali ke Tanah Air. "Sekitar 60 orang sudah meninggal dalam perang," tuturnya.

Selain keberangkatan ke Suriah, Luhut menyatakan, aturan yang baru akan memberi ancaman penangkapan dan pidana kepada masyarakat yang ikut dalam pelatihan radikal atau militer. Selain itu, sanksi pidana dapat langsung dijatuhkan kepada masyarakat yang terbukti berpotensi melakukan teror, seperti merakit atau menyimpan bom serta senjata api.

Luhut mengklaim pelaksanaan aturan tersebut nantinya akan berhati-hati demi tetap memegang hak asasi manusia. Setelah mengetok revisi, menurut dia, pemerintah akan segera mengeluarkan aturan-aturan turunan yang mengatur seluruh hal teknis, termasuk kriteria orang yang berpotensi mengancam keamanan atau terduga teroris.

"Kami tak mau sembrono," katanya. "Tapi kami ingin Indonesia itu damai."

FRANSISCO ROSARIANS

Berita terkait

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

21 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

41 hari lalu

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

Tajikistan membantah tuduhan Rusia bahwa kedubes Ukraina di ibu kotanya merekrut warga untuk berperang melawan Rusia

Baca Selengkapnya

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

41 hari lalu

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

Polisi Iran telah menangkap beberapa anggota ISIS yang diduga merencanakan aksi bunuh diri menjelang Idul fitri.

Baca Selengkapnya

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

50 hari lalu

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

Rusia mengatakan menemukan bukti bahwa pelaku yang membunuh lebih dari 140 orang di gedung konser dekat Moskow terkait dengan "nasionalis Ukraina."

Baca Selengkapnya

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

51 hari lalu

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

Rusia menaruh kecurigaan bahwa Ukraina, bersama Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam penembakan di Moskow.

Baca Selengkapnya

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

53 hari lalu

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

Warga negara Tajikistan, Rachabalizoda Saidakrami dan Shamsidin Fariduni dapat melakukan perjalanan dengan bebas antara Rusia dan Turki

Baca Selengkapnya

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

53 hari lalu

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow

Baca Selengkapnya

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

53 hari lalu

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

Serangan Moskow menimbulkan pertanyaan tentang ketajaman FSB, pengganti KGB, badan intelijen yang kerap dianggap momok bagi Barat.

Baca Selengkapnya

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

53 hari lalu

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

Prancis bergabung dengan AS dengan mengatakan bahwa intelijennya mengindikasikan bahwa ISIS bertanggung jawab atas serangan di konser Rusia

Baca Selengkapnya

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

53 hari lalu

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

Rusia menantang pernyataan Amerika Serikat bahwa ISIS menjadi dalang penembakan di sebuah gedung konser di luar Moskow yang menewaskan 137 orang

Baca Selengkapnya