Warga melintas di bawah spanduk penolakan jenazah teroris di desa Kedungwungu, Krangkeng, Indramayu, Jawa Barat, 17 Januari 2016. Sebagian warga desa tersebut menolak jenasah teroris Ahmad Muazan untuk dimakamkan di desa mereka. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
TEMPO.CO, Depok - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menyatakan ada 2,7 juta orang Indonesia terlibat dalam serangkaian serangan teror. Bahkan jumlah itu belum termasuk pengikut dan simpatisan jaringan teroris. "Jumlah itu sekitar 1 persen dari total penduduk Indonesia," kata peneliti ahli dari BNPT, Sidratahta Mukhtar, Rabu, 19 Januari 2016.
Sedangkan orang-orang yang terindikasi berafiliasi dengan ISIS, menurut Sidratahta, jumlahnya mencapai 0,004 persen atau sekitar 1.000 orang. "Angka itu sudah cukup besar," ujarnya.
Berdasarkan data estimasi BNPT, ada sekitar 10-12 jaringan inti teroris yang saat ini berkembang di Indonesia. Namun untuk jaringan sel-sel yang lebih kecil lebih banyak lagi. "Ada kelompok teroris yang terdiri hanya enam orang," ucapnya.
Jaringan teroris ini, menurut Sidratahta, sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Bahkan sampai ke pelosok seperti jaringan Santoso yang bergerak di wilayah timur Indonesia. Belakangan ini kelompok yang paling mencuat adalah jaringan Bahrun Naim. Jaringan ini diduga kuat terlibat dalam serangan teror di Jalan M.H. Thamrin. "Jaringannya sudah ada di Jawa, Bima, Aceh, dan wilayah lainnya," ujarnya.
Perkembangan terorisme di Indonesia, Sidratahta mengatakan eskalasinya begitu tinggi. Di akhir 2014, anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) hanya berjumlah 60 orang. Sedangkan akhir tahun lalu telah membengkak menjadi seribu orang. Dari jumlah tersebut, diperkirakan yang hijrah ke Suriah sebanyak seratus orang.
Sidratahta menambahkan, mereka yang berangkat ke Suriah umumnya tertarik karena mendapat iming-iming gaji besar. Namun kenyataan yang mereka dapatkan ternyata tidak sama. "Tahu-tahu mereka tidak menerima gaji sama sekali. Padahal, orang yang jihad ke Suriah berharap pulang ke Tanah Air membawa uang banyak," ucapnya.
Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Bangbang Surono, A.k, M.M, CA., optimis BNPT mampu berperan dan berdampak dalam mendukung tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
Peran Perempuan dalam Terorisme Harus Dilihat Secara Holistik
26 Februari 2024
Peran Perempuan dalam Terorisme Harus Dilihat Secara Holistik
Executive Board Asian Moslem Network (AMAN) Indonesia, Yunianti Chuzaifah, menyoroti kaitan kaum perempuan Indonesia dengan terorisme tak hanya terjadi di ruang publik, melainkan juga di ruang domestik.