Ekspor Sulsel Turun 19,3 Persen, Impor Naik 12,8 Persen
Editor
Budi Riza
Jumat, 15 Januari 2016 23:00 WIB
TEMPO.CO, Makassar -- Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan mencatat telah terjadi penurunan nilai ekspor provinsi ini sebesar 19,3 persen dari ekspor tahun 2014 sebesar USD 1,7 juta menjadi USD 1,4 juta pada tahun 2015.
"Ekspor turun signifikan tapi impor justru naik di tahun 2015," kata Nursam Salam, kepala BPS Sulawesi Selatan, saat pemaparan perkembangan ekspor dan impor di kantornya, kemarin.
Menurut Nursam, ekspor provinsi ini mengalami penurunan karena menurunnya permintaan dari beberapa negara tujuan ekspor. "Ini lebih dipengaruhi oleh situasi ekonomi global," kata dia.
Beberapa komoditi ekspor yang mengalami penurunan pada tahun lalu seperti Nikel turun 23 persen dari USD 1.038 juta 2014 menjadi USD 789 juta. Hasil laut seperti Ikan, udang dan rumput laut mengalami penurunan sebesar 14 persen dari USD 96 juta 2014 menjadi USD 82 juta. Komoditi kakao juga mengalami penurunan nilai ekspor sebanyak 20 persen dari USD 250 juta 2014 menjadi USD 199 juta pada tahun lalu.
Berbeda dengan ekspor, aktivitas impor justru mengalami peningkatan sebesar 12,8 persen, dari sebesar USD 836 juta pada 2014 menjadi USD 943 juta pada 2015.
Lima negara pemasok utama barang impor adalah Singapura sebesar USD 13,5 juta, Cina USD12,8 juta, Malaysia USD 2,1 Juta, Brazil USD 0,8 Juta dan Australia USD 0,4 Juta.
"Lima negara itu memasok 88 persen dari total imor Sulawesi Selatan pada 2015," kata Nursam.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Selatan, Hadi Basalamah, mengatakan permintaan atas sejumlah komoditi provinsi itu menurun pada tahun lalu.
"Ini tidak bisa dipungkiri, ekspor itu bergantung pada permintaan negara tujuan ekspor," kata dia.
Hadi mencontohkan komoditi yang mengalami penurunan ekspor seperti rumput laut dan nikel.
Menurut dia, tujuan ekspor rumput laut terbesar yaitu Cina, Taiwan, Korea Selatan mencapai sekitar 60 an persen dari total ekspor rumput laut tahun lalu.
Hadi mengemukakan ekonomi Cina pada tahun lalu melambat sehingga berdampak berkurangnya permintaan sejumlah komoditi termasuk rumut laut.
Pemerintah Sulses telah mencoba menjajaki negara tujuan ekspor baru untuk beberapa komoditi unggulan. "Misalnya di Eropa dan Amerika Latin," kata Hadi.
Pengamat ekonomi dari Universitas Hasanuddin, Muhammad Ali, mengemukakan turunnya ekspor dipengaruhi kondisi ekonomi regional Asia. Menurut dia, beberapa negara berpengaruh di Asia seperti Cina mengurangi produksinya karena mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi selama tahun lalu.
"Ekonomi Cina sangat mempengaruhi perekonomian di Asia Tenggara," kata Ali. Dia berharap kondisi ekonomi regional Asia membaik di triwulan pertama tahun ini sehingga Sulsel dapat kembali meningkatkan ekspornya ke Cina.
INDRA OY