Pelaku Bom Sarinah Sasar Starbucks, Kenapa?

Reporter

Editor

Pruwanto

Jumat, 15 Januari 2016 00:05 WIB

Anggota kepolisian menyisir lokasi dekat peledakan bom saat penyergapaan aksi teror di Gedung Menara Cakrawala, Jakarta, 14 Januari 2016. Seorang pelaku penembakan bahkan sempat berada di tengah kerumunan warga. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian mengatakan pelaku teror bom Sarinah mengincar dua hal dalam kekerasan yang menewaskan dua orang dan lima pelaku. "Satu, kepolisian, dua simbol barat," kata Tito di Istana Negara, Kamis, 14 Januari 2016. "Otomatis simbol barat karena ini perang ISIS lawan barat."

Menurut Tito, kejadian pertama pukul 10.55 diawali dengan serangan di Starbucks. Saat itu, seorang pelaku masuk Starbucks dan meledakkan bom bunuh diri. Para pengunjung berhamburan keluar dan ternyata sudah ada dua orang pelaku menunggu di depan dan menembak pengunjung.

Kemudian, tim kedua menyerang pos polisi di seberang Sarinah. Pelaku meninggal dunia dan seorang polisi terluka parah. Baku tembak antara polisi dan pelaku terjadi. Empat polisi dari Kepolisian Sektor Jakarta Pusat tertembak dan dua pelaku mati. Sekitar 20 menit sesudah itu, kata dia, keadaan kembali dikuasai polisi.

Polisi kemudian mengamankan dan menyisir gedung sekitar Starbucks, termasuk gedung Jaya dan Djakarta Theater. Saat itu, polisi menemukan enam bom kecil dan granat tangan rakitan, dan satu bom besar. "Dari pelaku kami sempat menyita senjata api," kata dia.

Tito Karnavian menyebut tokoh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Indonesia Bahrun Na'im sebagai otak teror bom sarinah siang tadi. Kejadian tersebut menewaskan dua orang dan lima pelaku.

Tito mengatakan Bahrun Na'im pernah ditangkap tahun 2011 karena kasus peluru. Kemudian, pada 2014 ia bebas dan berangkat ke Suriah dan bergabung dengan Raqaa. "Dia ingin membentuk khatibah nusantara, yang meliputi Asia Tenggara sehingga dia ingin rancang serangan di Indonesia sehingga dikatakan sebagai pemimpin," kata Tito di Istana Negara, Kamis, 14 Januari 2016.

Na'im, kata Tito, juga berkaitan dengan jaringan Santoso di Poso. Saat ini Na'im berada di Raqaa.

Tito mengatakan Na'im melakukan serangan ini untuk menambah poinnya di mata pimpinan ISIS internasional karena ingin menjadi pemimpin ISIS Asia Tenggara.

Na'im memiliki rival, yakni pimpinan ISIS Filipina Utara yang juga ingin memimpin ISIS Asia Tenggara. "Jadi serangan ini dirancang untuk mendapatkan kredit dari pimpinan ISIS,"kata dia.

Tito juga mengatakan serangan di Jakarta juga disebabkan berubahnya strategis operasi ISIS yang dulunya hanya menyerang Suriah dan Irak. Menurut dia, pimpinan ISIS Abubakar Baghdadi mengubah strategi dengan menginstruksikan anggotanya agar melakukan operasi teror di seluruh dunia, termasuk di Asia Tenggara. Tito mengatakan jaringan ISIS di Asia Tenggara mencakup di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand.

TIKA PRIMANDARI

Berita terkait

Rekomendasi 5 Film yang Diangkat dari Kisah Nyata di Indonesia

20 Oktober 2023

Rekomendasi 5 Film yang Diangkat dari Kisah Nyata di Indonesia

Selain Tragedi Bintaro, ini peristiwa Indonesia lainnya yang diadaptasi menjadi film sebagai kisah nyata (true story).

Baca Selengkapnya

Ferdy Sambo Divonis Hukuman Mati, Ini Daftar Kasus yang Pernah Ditanganinya

15 Februari 2023

Ferdy Sambo Divonis Hukuman Mati, Ini Daftar Kasus yang Pernah Ditanganinya

Ferdy Sambo divonis hukuman mati. Ia tercatat pernah menangani beberapa kasus antara lain KM 50, kebakaran gedung Kejaksaan Agung, Djoko Tjandra.

Baca Selengkapnya

Ada Nama Krishna Murti dan Ferdy Sambo Tangani Kasus Bom Sarinah 7 Tahun Lalu

15 Januari 2023

Ada Nama Krishna Murti dan Ferdy Sambo Tangani Kasus Bom Sarinah 7 Tahun Lalu

Tujuh tahun berlalu sejak terjadinya tragedi bom Sarinah yang menewaskan 7 orang di kawasan Sarinah, Jakarta. Ada nama Krishna Murti dan Ferdy Sambo.

Baca Selengkapnya

7 Tahun Tragedi Bom Sarinah, Teror di Siang Bolong Tak Jauh dari Istana Negara

15 Januari 2023

7 Tahun Tragedi Bom Sarinah, Teror di Siang Bolong Tak Jauh dari Istana Negara

Tujuh tahun lalu, 14 Januari 2016, di siang bolong terjadi teror di pusat Kota Jakarta, dikenal sebagai bom Sarinah. Ini kilas baliknya.

Baca Selengkapnya

77 Tahun Brimob Polri, Begini Rekam Jejak Anang Revandako Dankor Brimob Polri Saat ini

16 November 2022

77 Tahun Brimob Polri, Begini Rekam Jejak Anang Revandako Dankor Brimob Polri Saat ini

Anang Revandako bukanlah sosok baru di Brimob Polri. Begini rekam jejak Dankor Brimob ini hingga kini memimpin satuan tertua Polri.

Baca Selengkapnya

Tangga Karier Ferdy Sambo, Turut Tangani Kasus Bom Sarinah 6 Tahun Lalu

12 Agustus 2022

Tangga Karier Ferdy Sambo, Turut Tangani Kasus Bom Sarinah 6 Tahun Lalu

Irjen Pol Ferdy Sambo tersangka kasus pembunuhan Brigadir J. Saat berpangkat AKBP ia turut menangani kasus bom Sarinah pada januari 2016.

Baca Selengkapnya

Brandon, Anjing Pelacak Bom Thamrin Bertugas Di Formula E Jakarta

4 Juni 2022

Brandon, Anjing Pelacak Bom Thamrin Bertugas Di Formula E Jakarta

Brandon, anjing pelacak bahan peledak bertugas di Formula E. Dulu dia pernah ditugaskan untuk melacak bom di Jalan M.H. Thamrin.

Baca Selengkapnya

Refly Harun Buka Suara Soal Podcast Rizal Afif yang Disebut Mantan Napi Teroris

16 Mei 2022

Refly Harun Buka Suara Soal Podcast Rizal Afif yang Disebut Mantan Napi Teroris

Refly Harun mengaku dikenalkan dengan Abbi Rizal Afif oleh ustad Dewa Putu Adhi, mantan gitaris band di Bali.

Baca Selengkapnya

Bom Gereja Katedral Makassar, Ini Rentetan Bom Bunuh Diri 5 Tahun Terakhir

28 Maret 2021

Bom Gereja Katedral Makassar, Ini Rentetan Bom Bunuh Diri 5 Tahun Terakhir

Publik kembali dikejutkan dengan bom Gereja Katedral Makassar. Setidaknya sejak 2016 lalu serangkaian bom bunuh diri terjadi di Tanah Air.

Baca Selengkapnya

Cerita 29 Tahun McDonald's Sarinah, Saksi Bisu Teror Bom Thamrin

8 Mei 2020

Cerita 29 Tahun McDonald's Sarinah, Saksi Bisu Teror Bom Thamrin

McDonald's Sarinah, yang mulai beroperasi sejak 1991, bakal tutup pada 10 Mei 2020. Menjadi saksi bisu teror bom Thamrin dan kerusuhan 22 Mei 2019.

Baca Selengkapnya