Alat berat milik Lapindo Brantas Inc di lokasi rencana pengeboran sumur gas bumi di sumur Tanggulangin 1 di Desa Kedung Banteng, Kec. Tanggulangin Sidoarjo, Jawa Timur, 9 Januari 2016. Pihak Lapindo Brantas Inc mengatakan, pengeboran sumur gas tersebut akan menghabiskan dana sekitar Rp 41,6 milyar. TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Sidoarjo - Kepala Kepolisian Resor Sidoarjo, AKBP M Anwar Nasir, mengatakan penarikan alat berat dari lokasi pengeboran sumur baru Lapindo Brantas di Desa Kedungbanteng, Tanggulanggin, akan dilakukan Senin, 11 Januari 2016, sekitar pukul 07.00
"Kami akan terjunkan sebanyak 141 personel dari seluruh Polsek jajaran Polres Sidoarjo untuk melakukan pengawalan," kata Anwar saat dihubungi Tempo, Minggu, 10 Januari 2015.
Menurut Anwar, penarikan alat berat dari lokasi pengeboran Sumur Tanggulangin 1 sesuai permintaan pihak Lapindo Brantas Inc. "Hari Senin besok Lapindo melalui humasnya minta supaya Polres mengawal penarikan."
Permintaan itu, menurut dia, disampaikan langsung oleh Relations Manager Lapindo Brantas Inc Arief Setya Widodo pada Sabtu, 9 Januari 2015. Anwar mengaku tidak tahu alasan penarikan alat berat tersebut. "Urusan itu tanya sendiri ke Lapindo. Tugas kami hanya mengamankan," katanya.
Sementara itu saat disinggung apakah pengamanan di lokasi pengeboran juga tetap akan dilakukan setelah penarikan alat berat, Anwar belum bisa memastikan. "Kami lihat perkembangan situasi," katanya.
Sebelumnya, pihaknya menarik semua personel dari lokasi pengeboran setelah Lapindo menghentikan aktivitas pengurukan, Sabtu, 9 Januari 2016. Lapindo melakukan pengurukan selama tiga hari, yakni Rabu hingga Jumat. Selama pengurukan itu tak kurang 500 personel diterjunkan untuk mengamankan.
Dari pantau Tempo, di lokasi pengeboran terdapat tiga alat berat dan satu triler. Juga terdapat delapan pipa besi berdiameter 40 sentimter dan panjang 10 meter.
Minarak Group Kaji Temuan Logam Tanah Jarang Lumpur Lapindo
23 Januari 2022
Minarak Group Kaji Temuan Logam Tanah Jarang Lumpur Lapindo
Minarak Group ikut merespons temuan Kementerian ESDM terkait potensi logam tanah jarang atau Rare Earth Element di lokasi lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.