Mengapa Generasi Muda Papua Semakin Terbuka Tuntut Merdeka?

Reporter

Sabtu, 9 Januari 2016 16:23 WIB

Puluhan Masa yang tergabung dalam Komite Nasional Papua Barat (KNPB) saat melakukan aksi di depan Istana Negara Jakarta (2/8). Mereka meminta kepada pemerintahan SBY - Budiono untuk menuntaskan kasus kejahatan HAM di Papua Barat dan meminta penarikan TNI - POLRI di papua.TEMPO/Amston Probel

TEMPO.CO, Jayapura -Jayapura-Sekretariat Komite Nasional Papua Barat (KNPB) berada di dalam kompleks Perumnas 3 Asrama Putera Universitas Cenderawasih unit 6,Jayapura, Papua. Untuk mencapai sekretariat KNPB, harus naik tangga dua kali karena lahannya berbukit-bukti. Posisinya di pojok. "Vietnam Field" satu grafiti di tembok yang menjadi pembatas dengan rumah-rumah lainnya.

Pintu dicat dengan Bintang Kejora dan peta Papua. Sejumlah pria berusia sekitar 25-35 tahun duduk di teras sekretariat. "Biasanya jurnalis tidak mau datang ke sini kalau mau wawancara, mereka minta di tempat lain. Mereka takut distigma pendukung Papua Merdeka,"kata juru bicara KNPB, Bozoka Logo kepada Tempo, 15 Desember 2015.

Bozoka merupakan generasi muda Papua yang lahir pada tahun 90-an. Bersama anak-anak muda yang tergabung dalam KNPB, mereka menyakini masuknya Papua ke Indonesia adalah hasil ketidakjujuran yang dilakukan Indonesia, Belanda, dan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada saat pelaksanaan penentuan pendapat rakyat (Pepera) 1969 yang diawali dengan operasi Trikora tahun 1961.

Untuk itu, kata Bozoka, satu-satunya jalan untuk memberikan keadilan bagi orang Papua adalah melakukan referendum. Apapun hasilnya, KNPB akan menerimanya sebagai hasil demokrasi yang bersifat final. "Intinya secara demokrasi itu yang legal," tegasnya.

Ketegasan sikap Bozoka ini merupakan salah satu indikator generasi muda Papua semakin kritis dan berani. Bozoka mengklaim KNPB punya perwakilan hampir di semua daerah di Papua. Mereka secara aktif melakukan pendidikan politik kepada anggotanya. Struktur organisasinya hingga ke unit terkecil yakni anggota keluarga asli Papua.

Menurut Koordinator Jaringan Damai Papua, Neles Tebay, rasa percaya diri generasi muda Papua untuk menuntut kemerdekaan Papua semakin menguat setelah diplomasi intens yang dilakukan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) membuahkan pengakuan dari pemimpin negara-negara Pasifik (Melanesian Spearhead Group-MSG).


ULMWP diterima secara resmi sebagai anggota MSG dengan status pengamat tahun lalu. MSG beranggotakan antara lain Papua Nugini, Vanuatu, Kepulauan Solomon, dan Fiji.

ULMWP merupakan organisasi payung yang lahir lewat pertemuan yang dihadiri para pemimpin organisasi perjuangan di antaranya Negara Federal Republik Papua Barat, West Papua National Coalition for Liberation dan Parliament National West Papua di Saralana, Port Vila, Vanuatu, pada 30 November hingga 6 Desember 2014. Pertemuan yang difasilitasi oleh pemerintah Vanuatu, menghasilkan satu deklarasi yang disebut Deklarasi Saralana.

Para motor penggerak lahirnya ULMWP adalah generasi kelahiran 1970-80an yang merasakan sendiri berbagai peristiwa kekerasan selama puluhan tahun yang dilakukan oleh aparat keamanan untuk memberangus gerakan separatis di Papua. Mereka juga mengecap pendidikan yang baik sehingga muncul kesadaran untuk menggali sejarah masuknya Papua di Indonesia.

Neles Tebay menjelaskan, ketika ULMWP mendapat pengakuan dari MSG __organisasi ini mirip seperti ASEAN__ aksi demonstrasi besar-besaran digelar di semua wilayah Papua. "Demo satu hari penuh," kata Neles kepada Tempo 19 Desember 2015.

Bahkan demonstrasi ini menjalar ke luar Papua seperti Yogyakarta, Manado, Makassar, dan Bali. Mereka yang berdemo mayoritas anak-anak Papua yang lahir di tahun 1990-an. Ini fakta yang menunjukkan generasi muda Papua bangkit kesadarannya atas sejarah masa lalunya. Setelah itu semakin menurun rasa tidak percaya mereka kepada niat baik pemerintah Indonesia untuk mengatasi akar masalah Papua yang sudah 54 tahun lamanya tanpa penyelesaian.

"Ketidakpercayaan masyarakat Papua terhadap Indonesia sudah di titik nadir," kata Rektor STFT Fajar Timur Abepura.

Penggiat HAM Pegunungan Tengah Papua, Theo Hesegem mengatakan, persentase keinginan rakyat asli Papua untuk berpisah dari Indonesia mencapai 70-80 persen. Pemicu utama munculnya sikap ini adalah praktek pelanggaran HAM yang terjadi selama 54 tahun terakhir, tepatnya sejak Papua berintegrasi ke wilayah Indonesia.

Adapun soal ULMWP yang dianggap pendorong meningkatnya rasa percaya diri warga Papua, Theo sambil tersenyum mengatakan, selama ini pemerintah Indonesia menganggap ULMWP biasa saja. Tak ada dampak besar."Sewaktu-waktu hal biasa bisa jadi hal luar biasa," kata Theo.

Setelah begitu banyak upaya yang dilakukan pemerintah agar Papua tetap dalam wilayah Indonesia, menurut Neles Tebay, cara yang dianggap efektif adalah menggelar dialog dengan melibatkan semua pihak yang mendukung gerakan pembebasan Papua. Sehingga semua pihak dapat mendengarkan langsung dari mereka yang pro-kemerdekaan Papua termasuk tuntutan mereka. Setelah itu, melakukan negosiasi untuk menemukan solusi terbaik.

MARIA RITA

Baca juga:
Pemerintah Stop Sumur Baru Lapindo, Pengurukan Dihentikan
Lantik 1.000 Pejabat, Ahok: Harus Amanah, Siddiq, Fathanah



Advertising
Advertising

Berita terkait

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

17 jam lalu

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengakui sistem noken pada pemilu 2024 agak aneh. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

20 jam lalu

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

Komnas HAM Papua berharap petugas keamanan tambahan benar-benar memahami kultur dan struktur sosial di masyarakat Papua.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

22 jam lalu

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

TPNPB-OPM mengaku bertanggung jawab atas pembakaran SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya pada Rabu lalu,

Baca Selengkapnya

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

1 hari lalu

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

Kapolres Paniai mengatakan, warga kampung Bibida yang sempat mengungsi saat baku tembak OPM dan TNI, sudah pulang ke rumah.

Baca Selengkapnya

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

1 hari lalu

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

Polda Papua menyatakan situasi di Kabupaten Paniai kembali aman paska penembakan OPM terhadap anggota TNI yang berpatroli.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

1 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

1 hari lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya

Kata Warga soal Permintaan TPNPB-OPM untuk Tinggalkan Kampung Pogapa Intan Jaya: Konyol Itu

1 hari lalu

Kata Warga soal Permintaan TPNPB-OPM untuk Tinggalkan Kampung Pogapa Intan Jaya: Konyol Itu

Masyarakat Intan Jaya, Papua Tengah, menolak permintaan TPNPB-OPM untuk meninggalkan kampung Pogapa, Intan Jaya, yang merupakan daerah konflik.

Baca Selengkapnya

Alasan TPNPB Bakar Gedung SD Inpres Papua: Digunakan Militer Indonesia

1 hari lalu

Alasan TPNPB Bakar Gedung SD Inpres Papua: Digunakan Militer Indonesia

TPNPB mengaku bertanggung jawab atas pembakaran sebuah gedung SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya, Papua

Baca Selengkapnya

TNI Benarkan Ada Serangan TPNPB, Bantah Ada Prajurit yang Luka

2 hari lalu

TNI Benarkan Ada Serangan TPNPB, Bantah Ada Prajurit yang Luka

Kodam XVII/Cenderawasih membenarkan ada serangan dari TPNPB kepada Satgas Yonif 527/BY yang sedang berpatroli di Kampung Bibida, Paniai, Papua

Baca Selengkapnya