Edhi Sunarso dan Pelukis Rakyat Berguru ke Lereng Merapi

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Selasa, 5 Januari 2016 14:50 WIB

Edhi Sunarso. Dok.TEMPO/Dwianto Wibowo

TEMPO.CO, Jakarta - Edhi Sunarso adalah seniman berdarah pejuang. Di usia remaja, dia telah bergabung dalam Resimen V Siliwangi dan menjadi kurir pengantar senjata serta terlibat dalam operasi militer melawan Belanda di Tlatah Pasundan. Pada 1946, dia ditangkap tentara Kerajaan Belanda (KNIL) dan divonis 7 tahun penjara serta disekap di beberapa sel di Jawa Barat. Sebagai tahanan termuda, dia sudah menanggung berbagai siksaan dari tentara Belanda dan pelecehan seksual dari tahanan lain.

Pematung Edhi Sunarso wafat pada Senin, 4 Januari 2016, pukul 22.53 di Yogyakarta. Jenazah dikuburkan di permakaman seniman di Imogiri, Yogyakarta, Selasa siang, 5 Januari 2016.

Edhi cuma belajar sampai kelas lima sekolah rakyat. Tapi dia memperoleh berbagai mata pelajaran dari tahanan lain saat mendekam di tahanan militer Belanda di Kebonwaru, Bandung. Di situ pula dia mulai belajar menggambar dan membuat sketsa para tahanan. Utusan Negara Pasundan menjenguknya, kemudian Edhi mendapat pengampunan dan dibebaskan pada 1949.

Pria bertubuh pendek itu lalu berjalan kaki selama 18 hari menyusuri rel kereta api hingga Jawa Tengah. Dia bermaksud ke Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu. Tapi, karena medan yang berbahaya, dia berhenti di Boyolali dan bergabung dengan pasukan pimpinan Slamet Riyadi, yang belakangan diangkat sebagai pahlawan nasional di, Semarang Selatan.

Setelah aksi militer Belanda selesai dan ibu kota kembali ke Jakarta, Edhi memutuskan tinggal di Yogyakarta. Ketika melihat para mahasiswa ASRI berlatih membuat sketsa di pojok Pasar Beringhardjo, kegemarannya menggambar bangkit dan ia pun bergabung. Kehadirannya menarik perhatian Hendra Gunawan, pelukis dan guru para mahasiswa itu. Hendra memuji gambar Edhi, yang dinilai lebih bagus daripada lukisan mahasiswa yang sudah 6 bulan belajar.

Edhi pun diajak Hendra menjadi mahasiswa pendengar, yang boleh ikut praktek, tapi tidak belajar teori. Namun diam-diam Edhi mendalami teori seni dengan menyalin catatan kuliah mahasiswa lain. Berkat bantuan Hendra dan pelukis Affandi, ia akhirnya diterima sebagai mahasiswa penuh dan lulus sebagai sarjana terbaik 3 tahun kemudian. Kebersenian Edhi makin terasah setelah dia bergabung dengan sanggar Pelukis Rakyat pimpinan Hendra, yang beranggota Trubus, Affandi, C.Y. Ali, Sucahyoso, Abbas Alibasyah, dan Rustamadji. ”Mereka banyak mengajari saya karena saya anggota termuda,” kata Edhi.

Sanggar, yang cenderung berpaham realisme sosial, itu kemudian bereksperimen membuat patung dari batu vulkanik dengan teknik yang sangat sederhana setelah belajar dari pemahat batu nisan di lereng Gunung Merapi. Hasilnya, termasuk Kelaparan karya Edhi, dideretkan di halaman Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Jalan Malioboro dan menjadi pameran patung modern pertama dan terlama di Indonesia karena masih ada hingga kini.

”Kehadiran patung-patung seniman Pelukis Rakyat bisa diklaim sebagai yang pertama sejak Candi Prambanan,” tulis Agus Dermawan T., penulis sejumlah buku seni rupa, dalam artikelnya di buku Edhi Sunarso: Seniman Pejuang, yang disunting Mike Susanto dan diluncurkan di Salihara.

Kegiatan mematung di sanggar itu tampaknya makin mematangkan pilihan Edhi untuk berada di jalur seni patung. Sejak di sana pula dia banyak menghasilkan karya patung yang meraih penghargaan. Karyanya, The Unknown Political Prisoner, misalnya, meraih gelar juara kedua dalam lomba patung internasional di London, Inggris, pada 1953. Pada tahun itu pula Edhi mendapat pengalaman pertama membangun monumen saat ikut bersama Pelukis Rakyat membangun Tugu Muda di Semarang.

Edhi kemudian mendapat beasiswa dari UNESCO untuk belajar di Universitas Visva Bharati Rabindranath Tagore, Shantiniketan, India. Selama 1955-1957, dia dibimbing Profesor Gupta dan Ram Kinker Bay, pematung modern yang tampaknya cukup berpengaruh terhadap Edhi.

Di sana dia mengikutsertakan patung kayunya, Nude, dalam lomba seni rupa se-India dan mendapat medali emas sebagai karya terbaik. Pulang ke Tanah Air, dia mengajar di ASRI dan bersama Hendrodjasmoro mendirikan jurusan seni patung di kampus itu. Ia mengajar mahasiswa pascasarjana di kampus, yang kini menjadi Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu.





KURNIAWAN, SUNUDYANTORO

Berita terkait

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

12 hari lalu

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita

Baca Selengkapnya

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

31 hari lalu

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

Ekskul Pramuka di sekolah bakal bersifat sukarela seiring dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Berikut sejarah panjang Pramuka di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

37 hari lalu

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S

Baca Selengkapnya

Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

7 Februari 2024

Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

Mohammad Natsir merupakan pemikir, politikus, sekaligus pendakwah.

Baca Selengkapnya

Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

31 Januari 2024

Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

Prabowo Subianto heran mengapa banyak tokoh nasional yang mempertanyakan urgensi food estate.

Baca Selengkapnya

Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

28 September 2023

Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

Pada 1965 PKI mengusulkan Angkatan Kelima, sebuah matra militer beranggotakan buruh dan tani yang dipersenjatai. Letjen Ahmad Yani menolak ide itu.

Baca Selengkapnya

Siapa Pencetus Nama Pramuka?

14 Agustus 2023

Siapa Pencetus Nama Pramuka?

Nama Pramuka diusulkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang mendapat inspirasi dari kata Poromuko, yang berarti pasukan terdepan dalam perang.

Baca Selengkapnya

Begini Sejarah Awal Mula Masuknya Gerakan Pramuka di Indonesia

14 Agustus 2023

Begini Sejarah Awal Mula Masuknya Gerakan Pramuka di Indonesia

Awal terbentuknya Pramuka di Indonesia ditandai dengan munculnya cabang milik Belanda dengan nama Nederlandesche Padvinders Organisatie pada 1912.

Baca Selengkapnya

Siti Nurbaya Bebaskan Hutan Kawasan Sukapura, Bermula dari Program Transmigrasi Presiden Sukarno

13 Agustus 2023

Siti Nurbaya Bebaskan Hutan Kawasan Sukapura, Bermula dari Program Transmigrasi Presiden Sukarno

Masyarakat di Pekon (Desa) Sukapura, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat menerima SK pembebasan hutan kawasan dari Menteri Siti Nurbaya.

Baca Selengkapnya

LRT Jabodebek Akan Diresmikan: Ini Jejak Trem di Jakarta, Pernah Jadi Denyut Nadi Batavia

8 Juli 2023

LRT Jabodebek Akan Diresmikan: Ini Jejak Trem di Jakarta, Pernah Jadi Denyut Nadi Batavia

Sebelum LRT Jabodebek yang bakal diresmikan bulan depan, Jakarta yang dahulu Batavia hingga pasca Kemerdekaan pernah memiliki moda Trem.

Baca Selengkapnya