Susuri Papua, Mengapa Polisi Diamkan Preman di Wamena?

Senin, 4 Januari 2016 11:43 WIB

Suasana terminal taksi luar kota di Wamena, Papua, 11 Desember 2015. TEMPO/Maria Rita Hasugian

TEMPO.CO, Wamena - Terminal angkutan umum antarkota di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, amat tidak layak untuk ukuran ibu kota kabupaten. Selain fasilitas umum yang tidak tersedia, terminal ini dikendalikan para preman yang menentukan tarif angkutan dengan semena-mena.

Tempo yang mengunjungi terminal ini pada pertengahan Desember 2015 menyaksikan sendiri bagaimana liarnya kondisi terminal Wamena. Padahal, di terminal ini, ada taksi strada yang merupakan alternatif warga untuk bepergian ke Distrik Karubaga di Kabupaten Tolikara.

SIMAK: Menyusuri Papua, Dari Teror Intel sampai Warung Mahal

Terminal Wamena ini hanya berupa tanah kosong sekitar 1.000 meter persegi, berbentuk kotak, di sela-sela gedung-gedung di Wamena. Di atas tanah kosong itu, diparkir sejumlah mobil pikap dengan four wheels drive dan bak terbuka. Semua sedang menunggu penumpang yang akan bepergian ke luar Kota Wamena.

Di sana, sama sekali tidak ada papan petunjuk mengenai cara pembelian tiket dan harga tiket angkutan umum. "Tidak ada loket tiket, Ibu langsung tanya ke sopir taksi, hati-hati ya," ujar seorang warga ketika ditanya. Alhasil, harga tiket bisa berubah setiap saat. Jangan tanya soal jadwal keberangkatan maupun kedatangan. Semua suka-suka sopir dan preman di sana saja.



Kala hujan turun, tak ada sama sekali tempat berteduh untuk penumpang. Calon penumpang yang butuh toilet harus pergi ke kantor cabang bank BRI, tak jauh dari terminal. Staf BRI sepertinya sudah terbiasa dengan penumpang yang minta izin menggunakan toilet yang berada di bagian belakang kantor mereka. Selain itu, status hukum dan kepemilikan lahan terminal ini juga ditengarai ilegal.

SIMAK:
Nilai Uang di Papua, Seribu di Jakarta Setara Sepuluh Ribu
Jangan Kaget, di Papua Harga Sepiring Nasi Pecel Rp 70 Ribu

Pemerintah lokal dan aparatur keamanan tampaknya tutup mata melihat kondisi terminal liar ini. Sejumlah warga menilai pemerintah dan polisi bersikap demikian karena penegakan hukum di sana bisa memicu masalah lebih besar. “Sopir di sini mayoritas non-Papua,” kata seorang penumpang kepada Tempo. Adapun hampir semua preman adalah penduduk asli. Menertibkan terminal ini salah-salah memicu bentrok bernuansa konflik suku.

Para sopir tidak bisa berbuat banyak menghadapi pungutan liar di terminal karena rata-rata mereka juga bukan pemilik kendaraan. Mereka menyewanya dari warga Wamena atau Tolikara. Preman-preman itu menarik Rp 100 ribu dari setiap penumpang yang duduk di bagian dalam mobil dan Rp 50 ribu untuk setiap penumpang yang duduk di bak terbuka. “Mereka bisa dapat Rp 1 juta dari satu taksi,” tutur seorang penumpang sambil mengunyah pinang.

MARIA RITA





Video Terkait:


Advertising
Advertising

Berita terkait

Peneliti BRIN: Otsus Papua Tidak Selesaikan Masalah

5 hari lalu

Peneliti BRIN: Otsus Papua Tidak Selesaikan Masalah

Otsus Papua bukan merupakan penyelesaian atau resolusi konflik Papua.

Baca Selengkapnya

Ratusan Pendukung Caleg Serang Kantor KPU Jayawijaya saat Pleno Rekapitulasi

53 hari lalu

Ratusan Pendukung Caleg Serang Kantor KPU Jayawijaya saat Pleno Rekapitulasi

Ratusan simpatisan yang diduga simpatisan salah satu caleg menyerang petugas di kantor DPRD dan KPU Kabupaten Jayawijaya.

Baca Selengkapnya

Kabupaten Jayawijaya Siap Jadi Tuan Rumah Peresmian 3 Daerah Otonomi Baru

7 Oktober 2022

Kabupaten Jayawijaya Siap Jadi Tuan Rumah Peresmian 3 Daerah Otonomi Baru

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayawijaya siap menjadi tuan rumah peresmian 3 Daerah Otonomi Baru (DOB) di Papua.

Baca Selengkapnya

DPRD Jayawijaya Gandeng TNI-Polri Kawal Penyaluran BBM Bersubsidi

27 Agustus 2022

DPRD Jayawijaya Gandeng TNI-Polri Kawal Penyaluran BBM Bersubsidi

Langkah ini dilakukan untuk mencegah penimbunan BBM bersubsidi.

Baca Selengkapnya

Usman Hamid Sebut Pengesahan 3 RUU DOB Papua Penyelundupan Hukum

30 Juni 2022

Usman Hamid Sebut Pengesahan 3 RUU DOB Papua Penyelundupan Hukum

Direktur Eksekutif Amnesty Internastional Indonesia Usman Hamid mengkritik rencana pengesahan tiga RUU Otonomi Baru atau RUU DOB Papua hari ini.

Baca Selengkapnya

Langkah Jokowi Bahas DOB Papua dengan MRP Dianggap Sebagai Politik Pecah Belah

21 Mei 2022

Langkah Jokowi Bahas DOB Papua dengan MRP Dianggap Sebagai Politik Pecah Belah

Koalisi Kemanusiaan untuk Papua menilai Pemerintahan Presiden Jokowi melakukan politik pecah belah dengan melakukan pembahasan soal DOB dengan MRP.

Baca Selengkapnya

MRP: 20 Kewenangan di UU Otsus Papua Tak Dijalankan Negara

21 April 2022

MRP: 20 Kewenangan di UU Otsus Papua Tak Dijalankan Negara

MRP menilai masih banyak kewenangan dalam UU Otsus Papua yang tak dijalankan oleh negara.

Baca Selengkapnya

TNI Siagakan 2 SSK untuk Redam Bentrok Antarsuku di Jayawijaya

10 Januari 2022

TNI Siagakan 2 SSK untuk Redam Bentrok Antarsuku di Jayawijaya

Bentrokan terjadi antara dua kelompok masyarakat dari Suku Lanny Jaya dan warga Suku Nduga di Distrik Wouma, Kabupaten Jayawijaya.

Baca Selengkapnya

Polres Jayawijaya Papua Razia Kartu Vaksin Covid-19

19 Desember 2021

Polres Jayawijaya Papua Razia Kartu Vaksin Covid-19

Razia kartu vaksin Covid-19 ini dilakukan untuk mendorong percepatan target vaksinasi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Rakor soal Papua, Ma'ruf Amin: Operasi Teritorial Ujung Tombak Kesejahteraan

15 Desember 2021

Rakor soal Papua, Ma'ruf Amin: Operasi Teritorial Ujung Tombak Kesejahteraan

Wapres Ma'ruf Amin menggelar Rapat Pendekatan Penanganan Papua Pasca UU Otsus Papua 2021 di Istana Wapres

Baca Selengkapnya