Mantan Kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menurunkan bendera Bintang Bulan usai dikibarkan selama sekitar tiga jam dalam rangka memperingati Milad GAM di Kantor Mes Wali Nanggroe Aceh, Banda Aceh, 3 Desember 2015. ANTARA FOTO
TEMPO.CO, Lhokseumawe - Kelompok bersenjata di Aceh pimpinan Din Minimi, menyerahkan belasan pucuk senjata serta satu karung amunisi. Mereka bersedia turun gunung setelah proses pendekatan yang dilakukan Badan Intelijen Negara.
Selama ini mereka bergerilya di hutan untuk memperjuangkan kesejahteraan dari pemerintah Aceh. Din Minimi enggan disebut menyerah. Dia lebih senang keputusannya itu disebut berdamai.
“Kami bukan menyerah, kami pulang untuk berdamai setelah terjadi pembicaraan dengan pihak Jakarta," kata Din di rumahnya di Desa Ladang Baro, Kecamatan Julok, Aceh Timur, Selasa, 29 Desember 2015.
Din melanjutkan, kepulangannya menyerahkan senjata karena senjata itu ilegal. "Tuntutan kami dipenuhi," katanya tanpa merinci apa saja tuntutan yang dipenuhi tersebut.
Kelompok Din Minimi mulai mengangkat senjata pada 10 Oktober 2014. Mereka memprotes kepemimpinan Aceh di bawah duet petinggi Gerakan Aceh Merdeka, Zaini Abdullah–Muzakkir. Perlawanan dilakukan karena Zaini–Muzakkir dianggap tidak memperhatikan kehidupan mantan kombatan GAM, rakyat miskin, dan kelangsungan pendidikan anak yatim korban konflik tak terurus.
Dalam perjalanannya, kelompok Din kerap dituding otoritas keamanan setempat sebagai pelaku kriminal dan terlibat sejumlah penculikan dengan tuntutan tebusan. Kasus terakhir, kelompoknya dituding terlibat pembunuhan dua petugas intelijen Kodim Aceh Utara di Desa Alue Papeun, Kecamatan Nisam Antara. Kejadiannya sekitar 23 Maret 2015.
Selain ASN, TNI, dan Polri, Jokowi Juga Minta BIN Netral di Pemilu 2024
7 Februari 2024
Selain ASN, TNI, dan Polri, Jokowi Juga Minta BIN Netral di Pemilu 2024
Pernyataan Jokowi itu muncul setelah kritik yang disampaikan oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Sukarnoputri soal netralitas TNI-Polri.