Tiga Capim KPK Dijagokan Senayan, Nasib Johan Budi Cs?

Reporter

Editor

Pruwanto

Kamis, 17 Desember 2015 18:27 WIB

Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK berbincang sebelum melakukan rapat dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 17 November 2015. ANTARA/Sigid Kurniawan

TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat akan memilih lima anggota pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi periode 2015-2019 sore ini. Sejumlah fraksi menjagokan tiga calon, yakni Basaria Panjaitan, Alexander Marwatta, dan Surya Tjandra. Tiga calon lain terancam terjegal.

“Basaria merupakan satu dari lima nama yang kami siapkan,” kata anggota Komisi Hukum dari Fraksi Partai Demokrat yang tak mau disebutkan namanya. Selain Basaria, kata politikus itu, Demokrat mengajukan nama Alexander Marwatta. Demokrat justru tak mengajukan orang-orang lama KPK. “Orang-orang lama di mata kami bagus, cuma tidak masuk dalam lima pilihan kami.”

Politikus Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, membenarkan partainya telah menyiapkan lima nama yang akan diajukan dalam pleno. Menurut Ruhut,yang dipilih Demokrat adalah siapa pun yang mau bekerja menguatkan KPK. “Jadi, semua orang yang betul-betul pencegahan dan penindakan. Kami utamakan pencegahan,” kata dia.

Partai Gerindra juga punya pilihan yang sama dengan Demokrat. Politikus Gerindra, Wihadi Wiyanto, memilih unsur dari penegak hukum. “Tidak ada unsur kejaksaan, berarti unsur penegak hukum lain,” ujar Wihadi. Saat dimintai konfirmasi ihwal Basaria, dia malah tertawa.


Ada 10 calon pemimpin KPK yang ikut uji kelayakan dan kepatuhan di Komisi Hukum sejak dua hari lalu. Mereka adalah pegawai KPK, Sujanarko; staf ahli Badan Intelijen Negara, Saut Situmorang; hakim ad hoc Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Alexander Marwatta; dan pelaksana tugas pemimpin KPK, Johan Budi Sapto Pribowo.

Selanjutnya, akademikus Universitas Atmajaya,Surya Tjandra; mantan staf Sekretariat Negara,Robby Arya Brata; staf ahli Kepala Polri Bidang Politik, Inspektur Jenderal Basaria Panjaitan; Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Agus Rahardjo,mantan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas, dan Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Laode Muhammad Syarief.

Favorit Publik Terancam Tak Dipilih

Wakil Ketua Komisi Hukum Benny Kabur Harman mengatakan mekanisme pengambilan keputusan dalam memilih lima pemimpin KPK akan diusahakan lewat musyawarah-mufakat.Kalau tidak dicapai, akan voting. Dia mengagendakan rapat pleno Komisi Hukum pada pukul 15.00 WIB.

Dia mengakui calon-calon itu banyak yang bergerilya melobi Komisi Hukum. "Lobi-lobi ada, lah.Itu kan biasa. Capim kan juga punya tim sukses."

Peneliti Indonesia Corruption Watch, Tama S.Langkun, berharap DPR menggunakan indikator dalam memilih lima pemimpin KPK misalnya dari sisi kepatutan dalam pelaporan harta kekayaan.

Linda Trianita




Partai Gerindra juga punya pilihan yang sama dengan Demokrat. Politikus Gerindra, Wihadi Wiyanto, memilih unsur dari penegak hukum. "Tidak ada unsur kejaksaan, berarti unsur penegak hukum lain," ujar Wihadi. Saat dimintai konfirmasi ihwal Basaria, dia malah tertawa.

Ada sepuluh calon pemimpin KPK yang ikut uji kelayakan dan kepatuhan di Komisi Hukum sejak dua hari lalu. Mereka adalah pegawai KPK, Sujanarko; staf ahli Badan Intelijen Negara, Saut Situmorang; hakim ad hoc Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Alexander Marwatta; dan pelaksana tugas pemimpin KPK, Johan Budi Sapto Pribowo.

Selanjutnya, akademikus Universitas Atmajaya,Surya Tjandra; mantan staf Sekretariat Negara,Robby Arya Brata; staf ahli Kepala Polri Bidang Politik, Inspektur Jenderal Basaria Panjaitan; Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Agus Rahardjo,mantan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas, dan Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Laode Muhammad Syarief.

Sebelum uji kelayakan dan kepatutan, Komisi Hukum DPR telah mempersoalkan mengenai persyaratan sejumlah calon. Mereka dipersoalkan lantaran dianggap tak memenuhi persyaratan Undang-Undang KPK, yakni Johan Budi Sapto Prabowo, Sujanarko, Saut Situmorang, dan Agus Raharjo. Nama-nama mereka semula difavoritkan oleh publik.

Politikus NasDem, Taufiqulhadi, punya pilihan berbeda. Dia menjagokan Surya Tjandra. "Dia memiliki rasa percaya diri yang kuat, kelihatan punya pemahaman terhadap pemberantasan korupsi," katanya.

Politikus Partai PersatuanPembangunan, Arsul Sani,mengaku masih membuat scoring untuk diajukan kepada pemimpin fraksi."Kami menyiapkan orang yang sudah berpengalaman(di KPK) dikombinasikan dengan orang luar," kata Arsul. Menurut dia, PPP sudah tak mempersoalkan lagi latar belakang yang harus tamatan hukum.

Anggota Komisi Hukum dari Fraksi PAN, Mulfachri Harahap; politikus PDIP, Marsiaman Saragih; dan politikus Golkar, Aziz Syamsuddin masih menutupi calon yang akan dipilih. Namun Mulfachri mengisyaratkan partainya akan memilih orang yang memahami hukum acara, ilmu audit, dan manajemen.



Wakil Ketua Komisi Hukum Benny Kabur Harman mengatakan mekanisme pengambilan keputusan dalam memilih lima pemimpin KPK akan diusahakan lewat musyawarah-mufakat.Kalau tidak dicapai, akan voting. Dia mengagendakan rapat pleno Komisi Hukum pada pukul 15.00 WIB.

Dia mengakui calon-calon itu banyak yang bergerilya melobi Komisi Hukum. "Lobi-lobi ada, lah.Itu kan biasa. Capimkan juga punya tim sukses."

Peneliti Indonesia Corruption Watch, Tama S.Langkun, berharap DPR menggunakan indikator dalam memilih lima pemimpin KPK misalnya dari sisi kepatutan dalam pelaporan harta kekayaan.

Linda Trianita

Advertising
Advertising

Berita terkait

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

20 jam lalu

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

Pemerintah akhirnya mengesahkan UU Desa terbaru yang telah diteken Jokowi dan diwacanakan perubahannya sejak Mei 2022. Apa saja aturan barunya?

Baca Selengkapnya

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

20 jam lalu

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

Permintaan para kepala desa agar masa jabatannya ditambah akhirnya dikabulkan pemerintah. Samakah hasilnya dengan UU Desa?

Baca Selengkapnya

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

21 jam lalu

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

KPU sebelumnya tidak menghadiri undangan rapat Komisi II DPR karena bertepatan dengan masa agenda sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

1 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

2 hari lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

3 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

3 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

3 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

4 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

5 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya