TEMPO.CO, Jakarta - Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri memastikan unggahan Yulian Paonganan di akun Twitter @ypaonganan termasuk kategori ujaran kebencian. "Memang kami juga memantau 1.800 akun media sosial lainnya," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Brigadir Jenderal Agus Rianto, Kamis, 17 Desember 2015.
Menurut Agus, sejak adanya surat edaran tentang ujaran kebencian yang dikeluarkan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, kepolisian terus memantau berbagai akun media sosial. Kepolisian memantau adanya dugaan ujaran kebencian melalui media sosial. Banyak pula akun yang terindikasi palsu.
Karena itu, Agus memastikan apa yang dilakukan Paonganan telah masuk kategori ujaran kebencian. Paonganan dijerat karena mengunggah keterangan foto tentang Presiden Joko Widodo dan artis Nikita Mirzani.
Saat ini, penyidik dari unit cyber crime telah menetapkan Paonganan sebagai tersangka. Polisi juga telah memeriksa empat saksi, yang terdiri atas dua pelapor dan dua saksi ahli dari hukum pidana dan bahasa.
Agus juga mengimbau masyarakat membedakan antara kritik dan fitnah. Menurut dia, apa yang dilakukan oleh Paonganan bukan kritik, melainkan fitnah yang tidak memiliki landasan kebenaran.
Kepolisian mengaku telah memantau akun @ypaonganan sejak 12 hingga 14 Desember 2015. Dari catatannya, ada sedikitnya 200 unggahan yang cenderung memfitnah Presiden Jokowi. "Ini upaya kami untuk mencegah masyarakat melakukan hal-hal yang merugikan bagi orang lain di dunia maya."
Bareskrim Mabes Polri juga masih memeriksa tersangka Paonganan untuk mendalami motif pelaku, termasuk untuk mencari tersangka baru yang terlibat dalam kasus ini.
Sebelumnya, kepolisian menciduk Paonganan di rumahnya di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, pada Kamis pagi. Dia ditangkap karena diduga mengunggah keterangan foto yang berbau pornografi. Dalam akunnya, Paonangan menulis tagar #PapaDoyanLo***.
