Pembagian Alat Bantu Pertanian Bikin Buruh Tani Ketakutan  

Reporter

Jumat, 11 Desember 2015 03:39 WIB

Ilustrasi petani/buruh tani. ANTARA/Irwansyah Putra

TEMPO.CO, Bangkalan - Buruh tani di Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, berharap alat bantu pertanian modern, seperti transplanter yang sedang gencar dibagikan oleh Kementerian Pertanian, tidak masuk ke desa mereka. Bantuan itu dikhawatirkan mematikan mata pencaharian para buruh tani.

"Kalau semua pakai mesin, saya akan kehilangan pekerjaan," kata Heriyanto, buruh penggarap sawah menggunakan sapi, di Desa Jaddih, Kamis, 10 Desember 2015.

Menurut Heri, di awal musim hujan seperti saat ini, pesanan garap sawah menumpuk hingga tidak semua bisa terlayani. Sekali garap, Heri mendapatkan upah Rp 100 ribu atau rata-rata Rp 3 juta per bulan. Satu lahan membutuhkan waktu garap selama satu hari. "Kalau ada mesin, warga pasti milih sewa mesin, saya jadi pengangguran," ujarnya.

Apalagi, kata dia, mayoritas lahan pertanian di Desa Jaddih adalah jenis tadah hujan. Sehingga order garap lahan hanya dilakoninya saat musim hujan. "Kalau kemarau tidak ada aktivitas pertanian," katanya lagi.

Koordinator Balai Penelitian Tanaman Pangan Jawa Timur Wilayah Bangkalan, Kasmiati, membenarkan bantuan alat pertanian modern bisa menuai protes dari buruh tani bila penyalurannya tidak tepat sasaran. "Untuk Bangkalan belum ada konflik itu, tapi di daerah lain sudah terjadi," terangnya.

Sebelum konflik muncul, Kasmiati mengungkapkan perlu ada pencegahan oleh pemerintah daerah. Salah satu caranya adalah penyaluran bantuan harus tepat sasaran. Menurut dia, desa-desa yang masih ditemukan aktivitas pertanian memakai jasa buruh tani jangan didahulukan mendapat bantuan.

Bantuan, kata Kasmiati, diberikan kepada desa-desa yang jumlah buruh taninya sangat minim. "Jadi sebelum memberikan bantuan, pemda harus memetakan kondisi buruh tani di tiap desa agar tidak menimbulkan masalah," jelasnya.

Kepala Bidang Produksi Pertanian dan Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangkalan, Geger Heri Susianto, mengatakan, potensi konflik dengan buruh tani di Bangkalan sangat kecil karena jumlahnya sangat minim. "Saya pikir kecil kemungkinan konflik terjadi," katanya.

Menurut Geger, masyarakat harus sadar bahwa bantuan alat pertanian itu untuk membantu petani meningkatkan produksi pertanian. Dengan mesin, kata dia, waktu garap lahan yang lama bisa selesai dalam waktu setengah hari. "Sangat efisien dari sisi waktu dan murah," ujarnya.

Sementara itu, Suryani, petani padi di Desa Jaddih, mengeluhkan upah buruh tani yang terus meningkat setiap tahun. Kata dia, pada 2014 upah bajak sawah menggunakan sapi Rp 80 ribu per hari. Tahun ini naik menjadi Rp 100 ribu per hari. "Upah buruh tanam juga naik dari Rp 25 ribu menjadi Rp 30 ribu, belum termasuk jatah makan dan minum dua kali sehari," kata Suryani.

Kondisi itu, kata dia, diperparah dengan terus berkurangnya jumlah buruh tani sehingga menyebabkan waktu tanam molor karena buruh tani masih menggarap lahan orang lain. "Kita order sekarang, baru 4 hari kemudian bisa digarap karena banyak pengorder," ujar Suryani.

MUSTHOFA BISRI

Berita terkait

Sempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya

8 jam lalu

Sempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya

Harga bawang merah mulai mengalami penurunan di sejumlah daerah.

Baca Selengkapnya

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

1 hari lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

Tim Jaksa KPK menghadirkan empat saksi pada sidang lanjutan bekas Menteri Pertanian (Kementan) Syahrul Yasin Limpo (SYL)

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

3 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

6 hari lalu

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

Novel Baswedan menjelaskan, jika Firli Bahuri ditahan, ini akan menjadi pintu masuk bagi siapa pun yang mengetahui kasus pemerasan lainnya.

Baca Selengkapnya

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

6 hari lalu

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kesaksian Permintaan Uang dari Syahrul Yasin Limpo Saat Jadi Mentan, untuk Perawatan Kecantikan Anak hingga Kado

7 hari lalu

Kesaksian Permintaan Uang dari Syahrul Yasin Limpo Saat Jadi Mentan, untuk Perawatan Kecantikan Anak hingga Kado

Sejumlah pejabat Kementerian Pertanian dihadirkan sebagai saksi di sidang lanjutan dugaan pemerasan dan gratifikasi oleh Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Dewas KPK Masih Proses Dugaan Pelanggaran Etika oleh Dua Pimpinan Komisi Antikorupsi

7 hari lalu

Dewas KPK Masih Proses Dugaan Pelanggaran Etika oleh Dua Pimpinan Komisi Antikorupsi

Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi masih memeriksa dugaan pelanggaran etika oleh dua pimpinan KPK.

Baca Selengkapnya

Kuasa Hukum Syahrul Yasin Limpo Jelaskan Poin Keberatan terhadap Kesaksian Eks Ajudan Panji Harjanto

8 hari lalu

Kuasa Hukum Syahrul Yasin Limpo Jelaskan Poin Keberatan terhadap Kesaksian Eks Ajudan Panji Harjanto

Kuasa hukum bekas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo Djamaludin Koedoeboen, menuturkan poin keberatan terhadap kesaksian eks ajudan Panji Harjanto.

Baca Selengkapnya

Sidang Syahrul Yasin Limpo Ungkap Beberapa Rahasia, Termasuk Permintaan Firli Bahuri Rp 50 Miliar

8 hari lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo Ungkap Beberapa Rahasia, Termasuk Permintaan Firli Bahuri Rp 50 Miliar

Beberapa rahasia terungkap saat sidang Syahrul Yasin Limpo, termasuk adanya permintaan Rp 50 miliar dari Ketua KPK saat itu Firli Bahuri.

Baca Selengkapnya

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

9 hari lalu

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.

Baca Selengkapnya