Pasca Salim Kancil, Perang Bisnis Pasir Lumajang Kian Sengit

Reporter

Editor

Zed abidien

Rabu, 2 Desember 2015 23:33 WIB

Penambangan pasir Gunung Semeru di Curah Kobokan Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. TEMPO/David Priyasidharta

TEMPO.CO, Lumajang - Perang bisnis pasir mulai terindikasi mulai berkecamuk di Lumajang pasca tragedi Salim Kancil. Perang bisnis pasir ini dipicu oleh harga pasir Lumajang yang dinilai masih sangat tinggi di tingkat lokal dan bahkan di daerah yang dituju.

Dari informasi yang diperoleh Tempo, harga pasir seukuran dump truk kecil atau sekitar tujuh kubik mencapai Rp 1 juta. Padahal sebelum tragedi tewasnya aktivis tambang Salim Kancil, harganya Rp 400 ribu. Harga pasir tambah melonjak tajam ketika dibawa ke luar Lumajang atau ke Surabaya.

Jika sebelumnya harga satu tronton dengan ukuran lebih kurang 20 meter kubik sampai ke Surabaya seharga Rp 3,8 juta, maka saat ini bisa mencapai Rp 7 juta. "Bisa Rp 7 juta harganya," kata seorang broker pasir kepada Tempo, Rabu 2 Desember 2015.

Tingginya harga pasir inilah kemudian yang memicu terjadinya perang bisnis pasir di Lumajang. Buntutnya, saling klaim lahan tambang serta tumpang tindih perizinan penambangan tengah terjadi saat ini.

Sengketa tumpang tindih perizinan penambangan pasir ini terjadi di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Di lokasi penambangan Daerah Aliran Sungai (DAS) Glidik ini terjadi sengketa antara PT Lumajang Pasir Mandiri dengan PT Duta Pasir Semeru. Kendati masih terjadi tumpang tindih, lokasi penambangan seluas kurang lebih 11 hektare ini tetap dilakukan penambangan.

Benih konflik dan potensi perang bisnis pasir ini juga merembet ke sejumlah desa yang memiliki DAS lahar Semeru sebagai sumber potensi bahan galian C atau pasir bangunan. Hal ini salah satunya dipicu oleh izin yang dikeluarkan oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Propinsi Jawa Timur kepada 15 pemilik izin penambangan yang dulunya memang sudah memiliki Ijin Usaha Pertambangan.

Dari 15 izin tersebut, 8 diantaranya adalah penambang modern yang menggunakan alat berat dalam kegiatan penambangan pasir. Seperti penambangan yang terjadi di Desa Bagi tepatnya di DAS Rejali. Hanya segelintir kecil saja warga setempat yang terlibat dalam penambangan. Sedangkan sebagian besar warga yang dulunya pernah menikmati hasil penambangan di pesisir selatan hanya melihat saja pasir di desanya dikeruk penambang besar.

Benih konflik juga terjadi di DAS Kalimujur, yang menghadap-hadapkan antara penambang besar dengan penambang tradisional. Saling klaim dan caplok areal lahan untuk kemudian diajukan perizinannya berpotensi menimbulkan konflik antar warga.


"Sudah saatnya pemerintah berdiri di pihak rakyat kecil atau penambang tradisional," kata pendamping Paguyuban Penambang Tradisional Kalimujur, Mansur Hidayat.

DAVID PRIYASIDHARTA

Berita terkait

Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

14 hari lalu

Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

Lahar dingin dari Gunung Semeru meningkatkan debot air daerah Sungai Regoyo di Lumajang. Warga sekitar mengungsi mandiri.

Baca Selengkapnya

Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

17 hari lalu

Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

Aktivitas vulkanik Gunung Semeru terus meningkat selama empat tahun terakhir. Badan Geologi menjelaskan sejumlah gejalanya.

Baca Selengkapnya

Salip PKB dan PDIP, Partai Gerindra Raih Kursi Terbanyak di DPRD Kabupaten Lumajang

36 hari lalu

Salip PKB dan PDIP, Partai Gerindra Raih Kursi Terbanyak di DPRD Kabupaten Lumajang

Kursi Partai Gerindra di DPRD Kabupaten Lumajang dipastikan bertambah menjadi 11 dalam Pemilu 2024 ini. Sementara PKB dan PDIP tetap.

Baca Selengkapnya

Peringatan, Erupsi Gunung Semeru dan Marapi Siaga III

2 Maret 2024

Peringatan, Erupsi Gunung Semeru dan Marapi Siaga III

MAGMA Indonesia memperingatkan adanya Erupsi Gunung Semeru dan Marapi. Masyarakat diimbau tidak beraktivitas pada radius 5 kilometer.

Baca Selengkapnya

Kisah Kekeringan Melanda Lumajang, Pedihnya 3 Kali DAM Gambiran Jebol

2 Oktober 2023

Kisah Kekeringan Melanda Lumajang, Pedihnya 3 Kali DAM Gambiran Jebol

Bencana kekeringan pun melanda Lumajang.

Baca Selengkapnya

Ratusan Hektare Sawah di Kabupaten Lumajang Kekeringan, Ini Saran Khofifah Indar Parawansa

20 September 2023

Ratusan Hektare Sawah di Kabupaten Lumajang Kekeringan, Ini Saran Khofifah Indar Parawansa

Gubernur Jawa Timur meminta para petani di Kabupaten Lumajang belajar ke para petani di daerah Mataraman untuk mengatasi masalah kekeringan.

Baca Selengkapnya

Kekeringan di Lumajang Meluas, 86 Titik Dropping Air Bersih Tersebar di 7 Kecamatan

15 September 2023

Kekeringan di Lumajang Meluas, 86 Titik Dropping Air Bersih Tersebar di 7 Kecamatan

Sebanyak 17 desa di 7 Kecamatan Kabupaten Lumajang menjadi daerah terdampak kekeringan di musim kemarau tahun ini. BPBD beri bantuan air bersih.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Kabupaten Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat Usai Banjir Lahar Dingin dan Tanah Longsor

8 Juli 2023

Pemerintah Kabupaten Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat Usai Banjir Lahar Dingin dan Tanah Longsor

Pemerintah Kabupaten Lumajang menetapkan status tanggap darurat untuk menghadapi bencana banjir lahar dingin dan tanah longsor.

Baca Selengkapnya

3 Orang Tewas Akibat Tanah Longsor di Lumajang

7 Juli 2023

3 Orang Tewas Akibat Tanah Longsor di Lumajang

Bencana tanah longsor memakan tiga korban jiwa di Dusun Sriti, Desa Sumberurip, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Kisah Lumajang yang Sudah Berdiri Sejak Era Kerajaan Majapahit

16 Desember 2022

Kisah Lumajang yang Sudah Berdiri Sejak Era Kerajaan Majapahit

Pada zaman kerajaan Majapahit, Lumajang menjadi daerah otonom yang bernama Lamajang Tigang Juru. Kabupaten ini berdiri sejak 767 tahun lampau.

Baca Selengkapnya