Indef: Rizal Ramli Populer, Kinerja Belum Tentu  

Reporter

Editor

Agung Sedayu

Minggu, 29 November 2015 08:09 WIB

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Rizal Ramli. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli menjadi menteri terpopuler di mata netizen. Penyataan tersebut didapat dari hasil survei yang dilakukan Datalyst dan Institute for Development of Economics and Finance sejak 12 Agustus hingga 13 November 2015. Meski begitu, peneliti dari Indef, Dzulfian Syafrian, meragukan kualitas kinerja Rizal Ramli, Minggu, 29 November 2015.

Menurut Dzulfian, popularitas Rizal Ramli terkait dengan responsnya terhadap sejumlah isu populer, seperti cadangan emas Freeport dan nilai tukar rupiah yang baru-baru ini hangat dibicarakan. Saat itu Rizal mengatakan cadangan devisa emas Bank Indonesia hanya 100 ribu kilogram atau sekitar 100 ton. Sedangkan cadangan emas Freeport ada 16 juta kilogram. "Bayangin, kalau setengahnya saja kita masukan ke dalam cadangan devisa BI, rupiah bisa menguat ke Rp 2.000 per dolar,” kata Rizal pada 18 November 2015.

Menyoal cadangan emas yang dibicarakan Rizal tersebut, Dzulfian berpendapat, penyataan Rizal itu keliru. Pasalnya, emas didapatkan dari penggalian cadangan biji atau batu di bawah tanah yang harus diproses terlebih dulu untuk mendapatkannya. Cadangan bijih emas di Freeport, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Freeport, sebesar 2,2 miliar ton, dan setiap 1 ton bijih emas menghasilkan 0,8 gram emas.

“Jadi total emas di tambang Freeport sebesar 2,2 miliar ton dikali 0,8 gram hasilnya 1.760 ton atau hampir 1.800 ton. Tidak sampai 16 juta kilogram,” ucapnya dalam diskusi di kantor Indef, Jakarta, kemarin.

Terkait dengan hal tersebut, pernyataan Rizal soal penguatan rupiah yang akan mencapai Rp 2.000 per dolar juga tidak didukung dengan data dan perhitungan yang mendasar. Jadi Dzulfian menyimpulkan bahwa popularitas tinggi dan positif di mata publik belum tentu menunjukkan kualitas kinerja menteri yang baik, begitu pun sebaliknya. “Publik harus lebih kritis lagi menilai kinerja menteri-menteri.”

INGE KLARA SAFITRI




Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

5 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

6 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

37 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

37 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

38 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

38 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

38 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

51 hari lalu

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

52 hari lalu

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

52 hari lalu

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani membeberkan sejumlah faktor penyebab naiknya harga kebutuhan pokok,

Baca Selengkapnya