TEMPO.CO, Jakarta - Kecantikan Gusti Raden Ajeng Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemowardhani atau yang biasa disebut Gusti Noeroel membuatnya menjadi buah bibir di Pura Mangkunegaran, Solo. Banyak pemuda yang ingin memilikinya, termasuk para pembesar Negara. Mulai dari Sutan Sjahrir, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Kolonel GPH Djatikusumo (panglima tentara saat itu) hingga Presiden RI pertama, Sukarno.
Bahkan, Bung Karno sempat mengundang Gusti Noeroel ke Cipanas, Jawa Barat. Di salah satu Istana Presiden itu, Bung Karno kemudian meminta pelukis kenamaan Basuki Abdullah untuk mengabadikan kecantikan Gusti Noeroel lewat sebuah lukisan. Setelah terabadikan dalam goresan di kanvas, lukisan itu pun dipajang di kamar kerja Presiden Sukarno di Cipanas.
Meski sang Putra Fajar pernah mengutarakan niatnya untuk memperistri Gusti Noeroel, putri Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunegara VII ini menolaknya karena Gusti Noeroel menentang praktik poligami. Masa itu Bung Karno diketahui sudah beristri. Paham menolak poligami Gusti Noeroel ternyata juga menjadi inspirasi bagi para pangeran Mataram untuk tidak berpoligami.
Akhirnya, pada 24 Maret 1951, Gusti Noeroel memilih melabuhkan hatinya kepada Soerjo Soejarso atau yang akrab disebut Mas Jarso. Jarso sendiri masih memiliki hubungan darah dengan Gusti Noeroel, yaitu saudara sepupu. Ia duda beranak satu, juga seorang militer berpangkat letnan kolonel. Karena ia ditugaskan di Bandung sebagai Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI AD, Gusti Noeroel memutuskan ikut mendampingi suami di Bandung hingga akhir hayatnya.
Kemarin, Selasa, 10 November 2015, Gusti Noeroel wafat di bumi parahyangan, dalam usia 94 tahun. Rencananya, jenazah akan dimakamkan di Astana Giri Layu, Karanganyar, bersanding dengan keluarga besar trah Mangkunegaran. Jenazah akan diberangkatkan dari Pura Mangkunegaran pada Rabu siang, 11 November 2015.