Hari Pahlawan, Bung Tomo Kuras Senjata di Arsenal Jepang

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Selasa, 10 November 2015 09:19 WIB

Gedung Don Bosco Surabaya yang pernah jadi arsenal Jepang. Bung Tomo merebut senjata dari gedung ini pada Pertempuran Surabaya 1945.(Tempo/Mohammad Syarrafah)

TEMPO.CO, Surabaya - Dua salib besar pada dinding menjadi penanda bangunan di Jalan Raya Tidar Nomor 115, Surabaya itu. Halamannya asri dan rindang. Pepohonan menghiasi bangunan kuno yang bercat kuning itu. Pada teras depan gedung terdapat tulisan Panti Asuhan Don Bosco. Memasuki gedung itu, hawa sejuk mengusir terik matahari Kota Surabaya. Pada dinding ruangan utama bangunan terdapat foto-foto pendiri panti, juga foto gedung mulai dari masa lalu sampai saat ini. Kompleks panti asuhan ini berdiri di atas bidang tanah sekitar 4,5 hektare.

Bangunan bergaya Belanda yang berdiri sejak 1937 ini merupakan saksi sejarah arek-arek Surabaya ketika bertempur melawan tentara Sekutu, dengan membonceng tentara Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia pada 10 November 1945. Di tempat ini, Bung Tomo menuliskan sejarah bersama tokoh Surabaya lainnya, merebut gudang senjata itu dari Jepang untuk digunakan bertempur menggempur Sekutu.

Lempeng batu prasasti yang mengenang perebutan senjata itu terletak di bagian luar dinding gedung, dekat pintu gerbang utama kompleks panti asuhan. Pengelola Yayasan Don Bosco, Louis Wignya Karyana (73 tahun) mengatakan, sangat kuat alasan Jepang memanfaatkan gedung Don Bosco itu untuk gudang senjata dan markas mereka.

Baca juga:
Bung Tomo: Pekik Allahu Akbar hingga Kritik Sukarno & Mahasiswi Nakal
Kisah Hidup Ely Sugigi: Bermula dari Mengurus Penonton Acara TV


Hal ini dikarenakan gedung itu sangat luas, dilengkapi dengan bangsal-bangsal untuk tidur, dapur, ruangan kantor, dan berbagai ruangan lainnya. Letak gedung Don Bosco kala itu berada di kawasan pinggiran barat Kota Surabaya. “Lokasinya strategis untuk menghalau musuh dari arah barat Kota Surabaya,” kata Louis Wignya Karyana ketika ditemui Tempo di kantornya, Sabtu, 24 Oktober 2015.

Kini, letak Gedung Don Bosco berada tidak jauh dari jantung Kota Surabaya. Gedung ini berada sekitar 2 kilometer di sisi barat laut Gedung Grahadi di Jalan Gubernur Suryo, yang kini menjadi kantor dinas Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Selain itu, Gedung ini hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari Hotel Yamato, kini bernama Hotel Majapahit, di kawasan Tunjungan. Hotel tersebut menjadi saksi sejarah pertempuran Surabaya pada November 1945. Bendera Belanda merah-putih-biru disobek pada bagian warna birunya sehingga hanya berkibar bendera merah putih.

Louis Wignya Karyana mengingat, pada tahun 1950-an masih tersisa rongsokan senjata laras panjang, mitraliur, peluru, dan jip. Ia juga menyatakan, di halaman gedung itu, di dekat gerbang masuk gedung Don Bosco ditemukan bungker dari sejumlah tempat. Namun, karena pengembangan sekolah, bungker itu dibongkar, dan saat ini dibangun pos satpam di atas lahan itu.

Louis memastikan bahwa bungker itu dihubungkan dengan lorong-lorong bawah tanah. Tapi, ia tidak tahu sampai ke mana lorong bungker itu berujung. “Bisa jadi sampai ke halaman utama gedung utama, atau bahkan ke tempat lain,” ujarnya.

MOHAMMAD SYARRAFAH



Baca juga:
Bung Tomo: Pekik Allahu Akbar hingga Kritik Sukarno & Mahasiswi Nakal
Kisah Hidup Ely Sugigi: Bermula dari Mengurus Penonton Acara TV


Advertising
Advertising

Berita terkait

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

1 hari lalu

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.

Baca Selengkapnya

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

2 hari lalu

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

2 hari lalu

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.

Baca Selengkapnya

PDIP Surabaya Usulkan ke DPP Inkumben Eri Cahyadi-Armuji Maju Pilkada Kota Surabaya

2 hari lalu

PDIP Surabaya Usulkan ke DPP Inkumben Eri Cahyadi-Armuji Maju Pilkada Kota Surabaya

PDIP Surabaya mengusulkan wali kota - wakil wali kota inkumben Eri Cahyadi-Armuji maju ke Pilkada Kota Surabaya 2024.

Baca Selengkapnya

Eri Cahyadi Terima Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

8 hari lalu

Eri Cahyadi Terima Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengukir sejarah baru dalam kepemimpinannya di Kota Surabaya.

Baca Selengkapnya

Pembangunan Infrastruktur di Kota Surabaya Rampung 2024

10 hari lalu

Pembangunan Infrastruktur di Kota Surabaya Rampung 2024

Sejumlah pembangunan infrastruktur di Kota Surabaya ditargetkan rampung di tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

13 hari lalu

Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?

Baca Selengkapnya

Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

21 hari lalu

Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

Ismail Marzuki menciptakan lagu tentang Hari Lebaran yang melegenda. Begini lirik dan profil pencipta lagu tentang Lebaran ini?

Baca Selengkapnya

Akibat Awan Tebal, Hilal di Surabaya Tak Tampak

24 hari lalu

Akibat Awan Tebal, Hilal di Surabaya Tak Tampak

Para peneliti dari Universitas Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya tak melihat hilal akibat tertutup awan.

Baca Selengkapnya

Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

35 hari lalu

Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

Usmar Ismail dikenal sebagai bapak film nasional karena peran penting dalam perfilman Indonesia, Diberi gelar pahlawan nasional oleh Jokowi.

Baca Selengkapnya