Seorang penumpang melihat papan informasi keberangkatan penerbangan setelah adanya penutupan operasional bandara akibat erupsi Gunung Raung di Terminal Internasional Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, 8 Agustus 2015. Abu vulkanik erupsi Gunung Raung yang berhembus ke arah Bali dan Lombok membuat Bandara Ngurah Rai Bali menutup semua penerbangan mulai pukul 06.30 Wita dan memberlakukan sistem buka tutup. TEMPO/Johannes P. Christo
TEMPO.CO, Jakarta - Penutupan operasional Bandara Internasional Lombok di Praya, Kabupaten Lombok Tengah, berlanjut hingga Selasa, 10 November 2015. General Manager PT AP I Bandara Internasional Lombok (BIL) Pujiono mengatakan debu abu vulkanik dari Gunung Baru Jari masih menyelimuti areal bandara.
"Masih ditutup sampai Selasa, setelah sebelumnya juga ditutup empat hari karena alasan keamanan akibat adanya debu vulkanik Gunung Baru Jari," kata Pujiono di Mataram, Senin, 9 November 2015.
Penutupan bandara ini membuat aktivitas penerbangan dari seluruh maskapai harus dibatalkan, bahkan Garuda Indonesia telah menyampaikan pengumuman untuk tidak mengunjungi Lombok untuk sementara waktu dengan alasan debu Baru Jari.
"Keinginan kami sebetulnya membuka karena fakta di lapangan tidak ada debu. Tetapi dengan pertimbangan dan masukan yang ada dan pantauan citra satelit, kondisinya masih sangat rawan bagi aktivitas penerbangan pesawat," tutur Pujiono.
Penutupan bandara juga dipengaruhi arah angin yang masih belum mendukung akibat debu abu vulkanik Gunung Baru Jari. "Jadi arah angin atau musim ini juga menentukan," ujarnya.
Akibat penutupan ini, puluhan ribu penumpang dari dan menuju Lombok tidak terangkut. Sehari saja, ada 4.000 penumpang yang tidak jadi berangkat atau datang.