Presiden Barack Obama, berbicara pada Presiden Joko Widodo saat melakukan pertemuan di Gedung Putih, 27 Oktober 2015. Ini merupakan lawatan kenegaraan pertama Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat. AP/Susan Walsh
TEMPO.CO, Jakarta - Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington, DC, memberikan bantahan ihwal pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang difasilitasi boker. Bantahan itu dinyatakan dalam siaran pers yang dikirim ke kantor redaksi Tempo, Sabtu, 7 November 2015.
“Presiden Obama telah mengundang Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat sejak mereka bertemu pertama kali dalam pertemuan APEC pada November 2014,” bunyi siaran pers KBRI Washington, DC.
KBRI dalam rilisnya menyatakan Presiden Obama secara resmi mengundang Presiden Joko Widodo agar berkunjung ke Amerika Serikat melalui suratnya pada 16 Maret 2015. Presiden Joko Widodo pun membalas undangan itu pada 19 Juni lalu dan menyatakan akan datang pada 26 Oktober 2015.
Dalam mempersiapkan kunjungan itu, Duta Besar RI selalu berkonsultasi dengan Menteri Luar Negeri dan Kepala Staf Kepresidenan. Tujuannya, agar kunjungan Presiden RI itu dapat memberi hasil yang sesuai dengan kepentingan nasional Indonesia. Kunjungan Kepala Staf Kepresidenan pada Maret 2015 merupakan bagian dari rencana kunjungan Presiden Jokowi ke Amerika Serikat.
Sebelumnya, dosen ilmu politik Asia Tenggara di School of Oriental and African Studies di London, Michael Buehler, menulis artikel di situs New Mandala dengan judul "Menunggu di Lobi Gedung Putih". Dalam artikel itu, dia menyebutkan pertemuan Jokowi dengan Obama di Gedung Putih terjadi berkat lobi konsultan Singapura yang membayar sebesar US$ 80 ribu kepada perusahaan pelobi di Las Vegas, AS.