Greenpeace: 6 Data Ini Bisa Buka Siapa Pembakar Hutan

Reporter

Jumat, 30 Oktober 2015 07:00 WIB

Aktivis Greenpeace melakukan aksi dan teaterikal dalam kampanye "Perkuat Moratorium Hutan", di Jakarta, 10 Mei 2015. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Greenpeace Indonesia menyayangkan sikap pemerintah yang seolah menutup-nutupi kasus kebakaran hutan. Pelbagai data yang dibutuhkan untuk mengungkapkan kebenaran pun tak transparan disampaikan kepada publik.

“Kami kesulitan untuk mendapat data perusahaan dan izin. Padahal data tersebut harusnya terbuka untuk publik,” kata juru kampanye politik hutan Greenpeace Indonesia, Muhammad Teguh Surya, di Jakarta, Kamis, 29 Oktober 2015.

Hal ini penting untuk menentukan pihak yang bertanggung jawab atas kebakaran hutan kali ini. Sebab, mengutip dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 90 persen kebakaran hutan disebabkan tangan manusia.

Adapun data yang diminta terbuka oleh Greenpeace adalah peta tutupan lahan; peta hak pengusahaan hutan (HPH); peta hutan tanaman industri (HTI); peta izin pelepasan kawasan hutan; peta pinjam pakai kawasan hutan; serta data reboisasi dan sumber daya hutan. Keenamnya tak termasuk dalam data-data yang harus dirahasiakan dan bisa diakses langsung oleh publik.

Menurut Teguh, dengan terbukanya data ini, akan lebih mudah untuk menjatuhkan hukuman kepada pemilik lahan yang terbakar. Sebab, sudah menjadi kewajiban dari perusahaan untuk memiliki alat pemadam api, dan langsung menindak bila menemukan titik api di lahannya. Tak hanya itu, dengan tak jelasnya izin ini, semua pihak saling melempar bola panas untuk menghindari tanggung jawab. Aksi saling tunjuk ini tentu tak akan terjadi bila pemerintah membuka suaranya.

“Dia tinggal tunjukkan saja datanya, lahan ini milik perusahaan B. Dia yang harus bertanggung jawab. Begitu kan selesai,” ujarnya. Iktikad seperti ini malah belum tampak sama sekali, bahkan saat bencana asap sudah memakan korban jiwa. Malah terkesan pemerintah mencoba menutupi para pembakar hutan.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan enggan mengungkap identitas perusahaan pembakar hutan. “Karena kami tak ingin timbulkan distorsi yang akibatnya ada lay off (pemutusan hubungan kerja)," tuturnya kemarin.

Bagi Teguh, alasan ini sangat tak kuat. Menurut dia, dengan membuka nama-nama perusahaan justru akan memulihkan kepercayaan pasar global. Artinya, Indonesia berani dalam penegakan hukum. Ia malah memiliki alasan lain tentang mengapa pemerintah masih menutup-nutupi data pembakar hutan.

URSULA FLORENE


Berita terkait

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

1 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

3 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

3 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

7 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

Greenpeace meminta KKP segera menghukum pelaku sekaligus mendesak pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO 188 tentang Penangkapan Ikan.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

7 hari lalu

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

Greenpeace Indonesia mengapresiasi langkah KKP yang menangkap kapal ikan pelaku alih muatan (transhipment) di laut.

Baca Selengkapnya

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

23 hari lalu

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono klaim bahwa pembangunan IKN akan membawa manfaat bagi semua pihak.

Baca Selengkapnya

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

27 hari lalu

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

Penggemar K-Pop global dan Indonesia meminta Hyundai mundur dari investasi penggunaan PLTU di Kalimantan Utara.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

35 hari lalu

Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

Terpopuler: Grab Indonesia evaluasi SOP pelayanan buntut kasus pemerasan, deretan barang mewah dari Harvey Moeis untuk artis Sandra Dewi.

Baca Selengkapnya

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

38 hari lalu

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

Sinarmas dan RGE disebut di antara korporasi penerima dana kredit dari Uni Eropa itu dalam laporan EU Bankrolling Ecosystem Destruction.

Baca Selengkapnya

Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

38 hari lalu

Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

Walhi dan Greenpeace Indonesia mengimbau lembaga keuangan tidak lagi mendanai peruhasaan yang terlibat perusakan lingkungan dan iklim.

Baca Selengkapnya