Anak-anak bermain mobil-mobilan tanpa mengenakan masker di tengah kabut asap di alun-alun Komplek Stadion Utama Riau, Pekanbaru, 18 Oktober 2015. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan kabut asap di sejumlah daerah di Provinsi Riau kembali menebal. TEMPO/Riyan Nofitra
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo meminta proses evakuasi terhadap masyarakat yang terkena dampak asap tetap dilakukan di dalam kota terdampak. Dia menolak evakuasi masyarakat dilakukan sampai ke luar kota. Jokowi juga menolak evakuasi dilakukan secara masif.
"Terutama untuk yang berkaitan dengan anak dan bayi, Kementerian Kesehatan, saya pikir juga tidak perlu dievakuasi ke luar kota karena bisa saja evakuasi itu dilakukan di kota itu," kata Jokowi saat memimpin rapat terbatas di kantornya, Jumat, 23 Oktober 2015. "Mungkin di kantor bupati atau kantor lain yang dipakai khusus bayi dan anak."
Jokowi mengatakan nantinya tempat pengungsian khusus warga itu dilengkapi dengan penyejuk ruangan. Tujuannya agar terdapat sirkulasi udara di tempat evakuasi warga tersebut.
"Untuk mencegah asap masuk, saya kira ada semuanya dan juga pembersih udara. Kalau dievakuasi ke luar kota juga akan menyulitkan," ujarnya.
Jokowi resah lantaran, akibat asap, banyak masyarakat terkena infeksi saluran pernapasan akut. Dampak paling besar dialami anak-anak dan balita. Dia meminta badan usaha milik negara dan Kementerian Kesehatan memobilisasi semuanya agar bisa diatasi dengan cepat.
Jokowi juga menyoroti soal pelaksanaan ujian nasional siswa sekolah yang akan diselenggarakan sebentar lagi. Dia tidak ingin para siswa keteteran dalam mempersiapkan ujian lantaran dampak kabut asap.
"Pada bidang pendidikan saya minta menteri turun langsung karena banyak yang resah mengenai persiapan menuju UN seperti apa," tuturnya. "Kemudian persiapan tes akhir tahun seperti apa harus betul disiapkan jalan keluarnya. Sekolah dan orang tua murid harus tahu sehingga mereka tenang dalam menghadapi kegiatan belajar-mengajar."