Suasana Komplek Stadion Utama Riau yang berselimut kabut asap di Pekanbaru, 18 Oktober 2015. Jarak pandang berkisar antara 50-800 meter. TEMPO/Riyan Nofitra
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan saat ini pemerintah tengah mengkaji opsi mengevakuasi korban kabut asap akibat kebakaran hutan. Menurut dia, Presiden Joko Widodo meminta seluruh sumber daya dikerahkan untuk meminimalkan jatuhnya korban akibat kabut asap.
“Kami pindahkan ke tempat aman. Kalau ternyata kondisi di tempat tersebut juga tak mendukung, kami sedang mengkaji kemungkinan mereka tinggal di kapal perang untuk sementara waktu," ucap Luhut dalam konferensi pers di kantornya, Kamis, 22 Oktober 2015.
Luhut berujar, kebakaran hutan dan kabut asap di Kalimantan, Sumatera, dan beberapa wilayah yang terjadi tahun ini besar. Dia mengaku pesimistis api bisa dipadamkan dengan cepat menggunakan pesawat udara. Selain itu, El Nino yang terjadi saat ini memperparah kebakaran.
“Yang bisa dilakukan hanya melakukan pemblokiran agar api tak semakin merembet," kata Luhut . Menurut dia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan kemungkinan hujan turun pada bulan ini sangat tipis. "Jadi ada lima minggu masa kritis."
Bencana kabut asap yang terjadi di Kalimantan dan Sumatera semakin memburuk. Kemarin di Pekanbaru, seorang anak bernama Ramadhani Luthfi Aeril meninggal akibat diduga terlalu banyak menghirup asap. Siswa sekolah dasar berusia 9 tahun tersebut mengembuskan napas terakhir setelah sempat dirawat di rumah sakit.
Luhut memastikan pemerintah terus berupaya semaksimal mungkin untuk memadamkan kebakaran hutan. Dia mengklaim, sejak beberapa bulan lalu, pemadaman kebakaran hutan terus dilakukan, baik menggunakan pesawat maupun oleh personel TNI dan Kepolisian RI. Pemerintah, tutur Luhut, juga mempersilakan negara mana pun yang ingin memberikan bantuan penanganan kebakaran hutan dan kabut asap.