Hutan Merbabu Terbakar, Primata Lutung Abu Turuni Gunung

Reporter

Kamis, 8 Oktober 2015 10:36 WIB

Sejumlah titik-titik api kebakaran hutan lereng Gunung Merbabu terlihat dari Kecamatan Ngablak, Magelang, Jawa Tengah, 21 Agustus 2015. Kebakaran hutan di lereng Gunung Merbabu meliputi daerah Dukuh Bentrokan, dan Dukuh Denokan Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Boyolali - Kebakaran yang melanda hutan Gunung Merbabu sejak Ahad dua pekan lalu telah memaksa sejumlah primata jenis rekrekan atau lutung abu (Presbytis fredericae) menuruni lereng gunung. Rekrekan adalah salah satu satwa endemik di Taman Nasional Gunung Merbabu.

“Tapi turunnya rekrekan masih di dalam kawasan hutan lindung, belum sampai ke permukiman penduduk,” kata petugas teknis Pengendali Ekosistem Hutan Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGM), Saipul, pada Rabu, 7 Oktober 2015.

Saipul berujar, turunnya rekrekan terpantau dari Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, sejak Kamis hingga Sabtu pekan lalu. Adapun dua primata jenis lain di Gunung Merbabu, yakni lutung hitam dan kera ekor panjang, hingga kini belum terpantau turun. “Memang rekrekan yang paling sensitif terhadap asap,” ucap Saipul.

Adapun pada Rabu siang, BTNGM mendapat informasi dari seorang warga ihwal turunnya harimau di Dukuh Tritis, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali. Namun, hingga pukul 14.00, tim dari BTNGM belum menemukan narasumber yang menyaksikan langsung turunnya harimau tersebut. “Informasi turunnya harimau itu belum akurat. Kami masih menelusuri kebenarannya,” tutur Saipul.

Sudah sebelas hari kebakaran melanda hutan di Gunung Merbabu. Selain membakar hutan di Kecamatan Ampel, Boyolali, titik api muncul di hutan Dusun Cingklok, Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

“Titik api di Kabupaten Semarang terpantau sejak Minggu lalu. Sedangkan Magelang sampai saat ini masih aman,” kata koordinator Perlindungan dan Pengamanan BTNGM, Wawan Kurnia Adi Wirawan. Ihwal total luas lahan yang terbakar, Wawan mengaku belum ada penghitungan secara resmi.

Akibat sulitnya medan di Merbabu, pemadaman api secara manual sementara dihentikan sejak Selasa lalu. “Medannya berupa tebing-tebing dengan kemiringan mencapai 70 derajat dan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama enam jam dari posko terdekat,” ucap Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Boyolali Purwanto.

BTNGM berencana melakukan pemadaman melalui udara. Pemadaman menggunakan pesawat itu ditargetkan bisa dilaksanakan pekan ini. Pemadaman dengan cara pengeboman air menggunakan pesawat itu dijadwalkan sebanyak tiga kali “Kami akan menyediakan air sebanyak 10 ribu liter,” ujar Purwanto.

DINDA LEO LISTY

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

11 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

19 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

44 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

47 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

49 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

49 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

49 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

49 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

54 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

3 Maret 2024

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya