Mahasiswa IPB Kampanyekan Penggunaan Tas Pakai Ulang

Reporter

Rabu, 7 Oktober 2015 17:58 WIB

Tas Daur Ulang, Diminati Lokal Hingga Mancanegara

TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa Institut Pertanian Bogor pelopori gerakan pengurangan kantong plastik dengan mengkampanyekan penggunaan tas pakai ulang (Reusable) ke sejumlah negara ASEAN melalui program ASEAN Reusable Bag Campaign.

"ASEAN Reusable Bag Campaign (ASEAN RBC) merupakan sebuah gerakan peduli lingkungan yang berkonsentrasi terhadap pengurangan penggunaan kantong plastik di negara ASEAN," kata Ranitya Nurlita, mahasiswa Studi Manajemen Sumber Daya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, di Bogor, Selasa, 7 Oktober 2015.

Ranitya mengatakan, gerakan ASEAN RBC diinisiasi oleh Young Southeast Asian Leaders Initative (YSEALI) yang dilaksanakan di tiga negara, yakni Indonesia, Malaysia, dan Filipina selama satu tahun ke depan.

Menurut Ranitya, dipilihnya negara ASEAN dalam kampanye penggunaan tas belanja pakai ulang karena ASEAN termasuk negara penyumbang plastik terbesar di dunia di banding negara maju.

"Negara di ASEAN termasuk negara penyumbang sampah plastik terbesar dan paling banyak membuang sampah plastik ke laut," katanya.

Ranitya mengatakan, sebagai negara berkembang, kebiasaan masyarkaat di negara ASEAN masih tradisional, menggunakan kantong plastik untuk berbelanja. Berbeda dengan negara maju yang sudah menggunakan reusable bag.

"Seperti di Amerika, masyarakatnya jarang menggunakan kantong plastik. Karena untuk menggunakannya mereka harus bayar sebesar 25 sen USD," katanya.

Menurut Ranitya, produksi sampah plastik negara di ASEAN pada 2000 sebesar 56 miliar ton. Thailand menjadi negara pertama penyumbang sampah plastik terbesar, yakni 33 persen. Disusul Indonesia sebesar 24 persen, Malaysia diperingkat ketiga sebesar 17 persen, Filipina diperingkat empat sebesar 10 persen, dan Singapura 3 persen.

Namun, pada 2015, Indonesia menjadi negara nomor dua di Asia yang memproduksi sampah plastik terbanyak setelah Cina.

"Negara di Asia Tenggara menjadi penyumbang sampah plastik terbesar di dunia, ada Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Filiphina," katanya.

Padahal, lanjut Ranitya, penggunaan sampah plastik tidak ramah lingkungan karena membutuhkan 200 tahun untuk mengurai plastik tersebut di tanah. Beberapa dampak negatif dari penggunaan sampah plastik yakni menyebabkan banjir karena tertutupnya reservoar (daerah resapan air), penyebab karsinogenik (pemicu kanker), mengurai ratusan satu di bumi.

"Produksi plastik boros energi, untuk memproduksi plastik menghabiskan 12 juta barel dari minyak bumi, menghabiskan 14 juta pohon per tahunnya," kata dia.

Tidak hanya itu, sampah plastik yang dibuang kelaut juga merusak ekosistem perairan, banyak kasus biota laut terkontaminasi sampah plastik, ada hewan yang terjerat plastik.

Menurut Ranitya, penggunaan tas pakai ulang lebih ramah lingkungan dibanding bioplastik yang mulai banyak diproduksi dan dipasarkan. Karena bioplastik juga tidak terurai sempurna di bumi. Bioplastik dibuat dari campuran pati yang hanya 5 persen, sisanya plastik semua.

"Tas pakai ulang salah satu solusi yang bisa digunakan untuk upaya pengurangan kantong plastik. Energi yang dibutuhkan untuk pembuatan tas ini lebih sedikit dibanding kantong plastik serta bisa dipakai ulang dalam jangka waktu yang lama," katanya.

Ranitya mengatakan, ASEAN RBC memiliki rangkaian acara untuk mengajak masyarakat menggunakan tas belanja pakai ulang (reusable bag), diantaranya ASEAN RBC goes to Road, ASEAN goes to campus, ASEAN RBC goes to school, belanja dengan tas pakai ulang, kompetisi merancang tas pakai ulang, dan edukasi penggunaan tas pakau ulang ASEAN Reusable bag, serta Forum and expo 2015.

"Yang unik saat melakukan ASEAN RBC goes to road, kami melakukan di sejumlah negara dengan cara merampok kantong platik milik masyarakat di jalan dan diganti dengan tas pakai ulang," katanya.

Ranitya menambahkan, kampanye penggunaan tas pakai ulang untuk mengurangi sampah kantong plastik telah dilaksanakan sejak tujuh bulan lalu. Harapannya, program tersebut dapat diterima masyarakat yang akhirnya menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.

ANTARA

Berita terkait

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

3 hari lalu

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

Berbagai serangga yang memberikan manfaat bagi manusia berupa produk yang bernilai komersial.

Baca Selengkapnya

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

3 hari lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

5 hari lalu

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

Selain IPB, ada beberapa kampus favorit di dalam negeri maupun luar negeri tujuan beasiswa LPDP tahun lalu yang bisa dijadikan referensi.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

8 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

9 hari lalu

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

9 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

11 hari lalu

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.

Baca Selengkapnya

Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

13 hari lalu

Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

Menjadi seorang aktuaris memang tidak mudah karena dalam pekerjaannya mengaplikasikan beberapa ilmu sekaligus seperti matematika hingga statistika.

Baca Selengkapnya

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

14 hari lalu

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

Kampus UGM, UI, Unair, dan IPB masuk daftar prodi biologi terbaik di dunia versi QS WUR 2024.

Baca Selengkapnya

Menantu Jokowi dari Wali Kota Medan Niat Maju ke Pilgub Sumut 2024, Berikut Karier Politik dan Usaha Bobby Nasution

15 hari lalu

Menantu Jokowi dari Wali Kota Medan Niat Maju ke Pilgub Sumut 2024, Berikut Karier Politik dan Usaha Bobby Nasution

Wali Kota Medan, Bobby Nasution akan mengambil formulir Pilgub Sum dari partai-partai, kecuali PDIP. Menantu Jokowi ini lulusan mana?

Baca Selengkapnya