Kuliah Kacau, Mahasiswa STAIN Tuntut Pimpinan Mundur  

Reporter

Editor

Zed abidien

Senin, 21 September 2015 15:08 WIB

Mahasiswa STAIN menyegel kantor Jurusan Tarbiyah. TEMPO/Hari Tri Wasono

TEMPO.CO, Kediri - Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri berunjuk rasa menuntut pimpinan kampus mundur dari jabatannya. Tuntutan ini disampaikan menyusul amburadulnya perkuliahan mahasiswa.

Sejak pagi tak ada aktivitas perkuliahan yang berlangsung di kampus tersebut. Para mahasiswa berkumpul di halaman kampus sambil membakar ban dan tempat sampah kampus. Mereka juga menggelar mimbar bebas untuk mengecam kepemimpinan Wakil Ketua STAIN Kediri Muftasin Bilah yang dianggap merusak tatanan perkuliahan mahasiswa. “Muftasin harus mundur sekarang juga,” teriak para mahasiswa yang mengenakan jaket almamater, Senin 21 September 2015.

Menurut mereka, Muftasin Bilah yang menjabat Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan tak cakap dalam mengelola mahasiswa. Hal ini berakibat pada kacaunya kegiatan perkuliahan dengan munculnya jam belajar yang bentrok hingga kurangnya bangku belajar. Tudingan lain yang dialamatkan kepada Muftasin adalah pemotongan dana mahasiswa sebesar 10 persen untuk kepentingan yang tak jelas.

Hal lainnya, kata mahasiswa, manajemen kampus di bawah naungan Kementerian Agama itu juga dituding menelantarkan 1.890 mahasiswa dengan tidak memasukkan mereka ke data mahasiswa Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis). Hal ini dikhawatirkan mengancam legalitas mereka sebagai mahasiswa yang telah menempuh semester tiga. ”Ini kan sama dengan mahasiswa fiktif,”kata Nasrul Febi, perwakilan Senat Mahasiswa STAIN Kediri.

Aksi unjuk rasa ini berlangsung panas lantaran keinginan mereka untuk bertatap muka dengan Muftasin Bilah tak terpenuhi. Pejabat kampus itu bahkan tak diketahui keberadaannya saat mahasiswa berunjuk rasa.

Ketua STAIN Nur Chamid yang turun menenangkan mahasiswa tak luput menjadi sasaran kemarahan mahasiswa. Mereka mendesak Chamim menandatangani surat pernyataan bermeterai untuk melakukan perbaikan kampus dalam waktu sepekan. Untuk menghindari keributan, Nur Chamid pun menandatangani beberapa lembar surat yang disodorkan mahasiswanya.

Nur Chamid mengatakan aksi unjuk rasa ini dipicu oleh sikap salah satu dosen pengajar yang menurut dia memang bermasalah. Dosen tersebut kerap mengubah jadwal mengajar semaunya sendiri hingga membuat jam perkuliahan menjadi kacau. “Namun sudah saya beri peringatan,” katanya kepada Tempo.

Untuk sejumlah mahasiswa yang tak terdaftar di Diktis dia pun mengakui sebagai bagian yang tengah diselesaikan STAIN. Namun dia menjamin tak akan berpengaruh pada kegiatan perkuliahan mereka hingga selesainya pembenahan. Hal ini sesuai dengan peringatan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang beberapa waktu lalu datang ke STAIN untuk melakukan pembenahan hingga tanggal 30 Desember 2015.

Nur Chamid menjamin seluruh pembenahan administrasi kampus akan selesai sebelum batas waktu tersebut. Dia juga menyatakan tak ada kendala rasio pengajar dengan jumlah mahasiswa yang menjadi momok sejumlah perguruan tinggi. Saat ini jumlah pengajar di kampus itu mencapai 250 orang dengan 131 orang bertatus PNS dan sisanya Dosen Pendamping Lapangan.

HARI TRI WASONO

Berita terkait

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

2 hari lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

4 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

8 hari lalu

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

Polisi Amerika Serikat secara brutal menangkap para mahasiswa dan dosen di sejumlah universitas yang menentang genosida Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

8 hari lalu

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan terhadap universitas di New York itu atas tuduhan diskriminasi dalam protes pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Gelombang Protes Dukung Palestina Menyebar di Kampus Bergengsi di AS

9 hari lalu

Gelombang Protes Dukung Palestina Menyebar di Kampus Bergengsi di AS

Mahasiswa di sejumlah kampus bergengsi di Amerika Serikat menggelar protes untuk menyatakan dukungan membela Palestina.

Baca Selengkapnya

23.000 Visa Jemaah Haji Reguler Indonesia Sudah Terbit

13 hari lalu

23.000 Visa Jemaah Haji Reguler Indonesia Sudah Terbit

Kementerian Agama sedang menyiapkan dokumen dan memproses visa jemaah haji regular Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kemenag Bentuk Tim Percepatan Pengembangan Zakat dan Wakaf

14 hari lalu

Kemenag Bentuk Tim Percepatan Pengembangan Zakat dan Wakaf

Tim ini dibentuk sebagai upaya Kemenag dalam mengoptimalkan pemanfaatan potensi besar yang terdapat dalam zakat dan wakaf.

Baca Selengkapnya

Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

15 hari lalu

Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

Dalam beberapa bulan terakhir Google telah melakukan PHK sebanyak 3 kali, kali ini berdampak pada 28 karyawan yang melakukan aksi protes.

Baca Selengkapnya

Eks Danjen Kopassus Soenarko hingga Din Syamsuddin Hadiri Demo di MK Jelang Putusan Sengketa Pilpres

16 hari lalu

Eks Danjen Kopassus Soenarko hingga Din Syamsuddin Hadiri Demo di MK Jelang Putusan Sengketa Pilpres

Din Syamsuddin dan eks Danjen Kopassus, Soenarko, turut hadir di unjuk rasa jelang putusan MK soal sengketa Pilpres 2024

Baca Selengkapnya

Polisi Kerahkan 2.713 Personel Jaga Demo Jelang Putusan Gugatan Pilpres di MK

16 hari lalu

Polisi Kerahkan 2.713 Personel Jaga Demo Jelang Putusan Gugatan Pilpres di MK

2.713 personel gabungan dikerahkan untuk menjaga demonstrasi di depan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK) jelang putusan sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya