Luas Lahan Terbakar di Kalimantan Tengah 1.700 Hektar Lebih

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Senin, 14 September 2015 22:12 WIB

Api masih menyala ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan di sekitar areal perkebunan kepala sawit, jalan Jenderal Sudirman Kilometer 12, Sampit, Kab. Kotawaringin Timur (Kotim), Kalteng, Kamis (27/9). ANTARA/Untung Setiawan

TEMPO.CO, Palangkaraya -Komandan Satgas Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan KalImantan Tengah Kolonel Arh. Purwo Sudaryanto menyebutkan, hingga pekan lalu total luas lahan yang terbakar mencapai 1.715 hektar .


“Luas yang sudah dipadamkan melalui operasi darat, sementara ini seluas 852,7 hektar. Sedangkan untuk jarak pandang, pada pukul 07.30 WIB hanya mencapai 200 meter,” kata Purwo Sudaryanto yang juga Danrem 102 Panju Panjung, Senin 14 September 2015.


Ditambahkannya, selain operasi darat, operasi udara juga terus dilakukan dengan 3 unit helikopter. Untuk helikopter jenis Bell 214B P2-MSA pada 13 September 2015 melakukan sebanyak 1 kali penerbangan ke wilayah Pulang Pisau, dengan 39 kali bombing dengan 117.000 liter air.


“Kalau kita kalkulasi, helikopter jenis Bell 214B P2-MSA sejak beroperasi tanggal 15 Agustus 2015 sampai 13 September 2015, sudah melakukan sebanyak 44 kali penerbangan dan 1.455 bombing. Itu dilakukan, di wilayah Palangkaraya, Kabupaten Pulang Pisau dan Katingan,” tuturnya.


Untuk helikopter jenis Kamov pada 13 September 2015 melakukan 1 kali penerbangan dengan 35 kali bombing dan 175.000 liter air di wilayah Kota Palangkaraya. Adapun helikopter jenis MI-8 tidak terbang karena terkendala jarak pandang yang harus mencapai 1.300 meter.


Advertising
Advertising

Dari pantaun Tempo hingga sore, kondisi udara masih dipenuhi kabut asap. Jarak pandang hanya 200 meter. Seluruh sekolah di Kota Palangkaraya masih meliburkan siswanya.


Sementara itu di Maliki, Sulawesi Selatan, kabut asap kini menganggu jarak pandang. Terutama pada sore hari, jarak pandang hanya 10-15 meter saja. Pengendara di jalanan diminta berhati-hati dan mengurangi laju kendaraannya.


Dinas Kesehatan bersama Dinas Kehutanan dan Perkebunan, mulai turun ke jalan, membagikan masker pada warga yang melintas. Selain membagikan masker, pengendara sepeda motor dan mobil, diimbau menyalakan lampu utama.


Sugianto, Kepala Seksi Perlindungan dan Pengamanan Hutan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Luwu Timur, menjelaskan, tebalnya kabut asap disebabkan meluasnya kebakaran lahan dan hutan di Malili dan beberapa kecamatan di Luwu Timu.


"Titik-titik api yang membakar lahan dan hutan, sulit dipadamkan karena aksesnya yang cukup jauh. Apalagi peralatan pedaman yang dimiliki sangat terbatas," kata Sugianto, Senin 14 September 2015.


Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu Timur, Safei Basir, mengatakan, jumlah armada pemadam kebakaran yang bisa digunakan hanya 4 unit. Jumlah itu jelas tidak bisa mengatasi kebakaran yang sudah menyebar.


KARANA WW | HASWADI

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

11 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

19 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

44 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

47 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

49 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

49 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

49 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

49 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

54 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

3 Maret 2024

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya