Waduk Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, difoto dari udara pada saat hari pertama penggenangan, 31 Agustus 2015. Untuk tahap awal, Waduk Jatigede akan diisi air sampai elevasi 204 meter selama 12 hari. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
TEMPO.CO, Bandung - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, mengaku belum menentukan nasib 5 situs bersejarah yang masih berada di area genangan waduk Jatigede. Hal itu ia utarakan disaat proses penggenangan waduk sudah memasuki hari ke-10 sejak mulai digenangi pada 31 Agustus 2015 lalu.
"Situs tinggal 5 dari 43 yang sudah direlokasi. kita inginnya sih dipindahkan ke tempat yang lebih baik. Tapi ada yang bilang ditenggelamkan," ujar Basuki saat meresmikan Jalan Tol Soreang-Pasirkoja di Soreang, Kabupaten Bandung, Kamis, 10 September 2015.
Untuk mengambil keputusan apakah situs-situs tersebut ditenggelamkan atau dipindahakan, Basuki mengaku akan meminta pendapat dari budayawan sunda dan Majelis Ulama Indonesia. "Tapi sudah hampir sepakat untuk dipindahkan," ujar dia.
Ia mengatakan, keberadaan situs-situs tersebut akan menjadi tanggung jawab pihaknya. Ia tidak mau situs-situs tersebut hilang bersamaan dengan dibangunnya waduk. "Situs-situs itu kan leluhur kita semua, kita juga punya tanggungjawab untuk menanganinya," ujar dia.
Sementara itu, menurut sumber Tempo di Jatigede, masih terdapat 18 situs di lima desa yang belum mendapatkan kepastian dari pemerintah. Ia mengatakan, secara keseluruhan pihak pengelola situs menolak untuk situs-situs tersebut dipindahkan.
Terutama Situs Cipeueut yang berada di Desa Cipaku. Di Situs tersebut terdapat tiga makam leluhur kerajaan Tembong Agung--cikal bakal kerajaan SuMedang Larang, yaitu makam Ratu Ratna Inten Nawangwulan, makam Prabu Aji Putih, dan Makam Resi Agung. Menurut sejarah yang beredar, sosok Prabu Aji Putih sendiri merupakan pendiri kerajaan. "Situs Cipeueut keukeuh tidak mau ditenggelamkan. Kalau yang lain masih melakukan negosiasi," ujar dia.