Rupiah Anjlok, Ryamizard Tetap Akan Beli Alutsista
Editor
Maria Rita Hasugian
Rabu, 2 September 2015 21:07 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berencana agar alat utama sistem persenjataan (alutsista) seratus persen dibuat sendiri oleh Indonesia. Meski alat-alat dan mesin dibeli dari luar negeri..
Hal itu disampaikan Ryamizard saat melakukan inspeksi alutsista di tiga tempat, Rabu, 2 September 2015 yakni, Markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Cijantung, Jakarta Timur; Yonkav-1, Batalyon 1 Kavaleri - TNI Angkatan Darat; dan Yonif Mekanis 201 / Jaya Yudha di Jakarta Timur.
Di Markas Kopassus, Menhan disambut oleh Komandan Jenderal Kopassus, Mayjen Muhammad Herindra beserta staf. Kedatangan Ryamizard ingin mengecek kelengkapan alutsista dan operasional yang dimiliki siap atau tidak.
Setelah Markas Kopassus, rombongan Menhan berlanjut ke Yonkav-1, Batalyon 1 Kavaleri - TNI Angkatan Darat. Di sana, Menhan meninjau beberapa mobil tank Leopard dan Scorpion.
Menurutnya, beberapa kerusakan sejumlah peralatan di Yonkav-1 sebenarnya ringan, tapi menentukan. Misalnya radio. "Kalau tidak ada radio, hubungan kita (antar mobil) tidak bagus. Sama halnya untuk antiteror penyadapan," ujar Ryamizard. Beberapa tank leopard juga tidak dilengkapi peluru. "Masa' cuma gagah-gagahan."
Untuk peluru tank Leopard, ujarnya, akan dibeli. Namun, untuk yang berikutnya dibuat sendiri di dalam negeri. Alat-alat ini sudah mulai dianggarkan untuk diadakan. Ryamizard menambahkan, kemungkinan radio akan dipasang pekan depan.
Anggaran yang akan dikeluarkan Kemenhan untuk mendukung alutsista saat ini mencapai Rp 200 miliar. Rencana pembelian alutsista di tengah penurunan nilai tukar rupiah, Ryamizard mengatakan kondisi itu tidaklah berpengaruh. Alasannya, nilai anggaran untuk alutsista itu termasuk kecil.
Lagipula pembeliannya juiga dilakukan tidak sekaligus. Misalnya, suatu alat yang dibutuhkan sepuluh buah, bisa dibeli lima hingga delapan buah dulu. "Kalau rupiahnya sudah bagus lagi, kita bisa beli lagi," kata Ryamizard.
Jalan lainnnya adalah dengan membuat sendiri peralatan, sehingga mampu menghemat anggaran. "Kita mampu beli triliunan, kenapa kita tidak beli yang murah-murah. Yang ratusan juta atau milyaran," ucap Ryamizard.
Contoh alat yang dapat dirakit di dalam negeri, menurutnya, adalah mobil tank perkasa yang sampai sekarang masih bagus. Sementara Sukhoi memiliki bom buatan sendiri.
Selain kelengkapan alutsista, Ryamizard juga mengingatkan kepada petinggi militer ini agar memperhatikan perawatan alutsista. Selain itu, setiap pasukan TNI j selalu menjaga perilakunya, kompak, tidak terpecah-pecah, dan profesional.
Lokasi terakhir yang dikunjungi Ryamizard yaitu Yonif Mekanis 201 / Jaya Yudha di Jakarta Timur.
Letkol Mohammad Imam Gogor Agnie Aditya, Komandan Yonif Mekanis 201 / Jaya Yudha, mengatakan, alutsista yang dimiliki Yonif 201 ada 40 unit. Namun, kata dia, seharusnya ada 51 unit. "Untuk saat ini, kami belum lengkap," ucap Gogor kepada Tempo.
Kekurangan yang dia maksud adalah kendaraan tempur atau ranpur meliputi 11 unit mobil pengangkut personel (APC/Armoured Personnel Carrier), 1 unit ranpur recovery (rec), dan satu unit ambulans.
Hal yang menonjol dibutuhkan oleh Yonif 201, kata Gogor, yaitu battle management system yang mudah digunakan. Alat ini berupa paket radio. "Sehingga posisi kita akan mudah diketahui oleh komando," kata Gogor.
REZKI ALVIONITASARI