Pedagang membawa tahu Sumedang mentah dari pabrik tahu. Pabrik yg buka 24 jam ini mengolah 15 karung kedelai setiap harinya, untuk memasok tahu pada pedagang pengecer di pinggir jalan. Bandung, 12 Juli 2015. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Bandung - Kenaikan harga kedelai impor akibat melemahnya kurs rupiah terhadap dolar, tak membuat produksi tahu di Bandung terhenti. Dedi Yusuf, Ketua Forum Paguyuban Pengrajin Tahu Bandung mengatakan harga kedelai justru relatif stabil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Saya lihat di tv pedagang tahu kesulitan, sampai pada gulung tikar, itu bohong lah. Jangan membuat opini-opini yang akhirnya menghebohkan, yang akhirnya masyarakat menjadi ketakutan," kata Dedi saat ditemui di rumahnya di kawasan Cibuntu, Bandung, Jawa Barat, Senin 31 Agustus 2015 malam.
Menurut Dedi, para pengrajin tahu hanya khawatir berlebihan. Harga kedelai pernah naik hingga Rp 8.000 per kilogram. Namun saat ini harga stabil di kisaran Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per kilogram. “Kalau dibanding dengan harga kemarin, memang kedelai naik, tetapi kenaikannya wajar. Jadi kalau dulu 8.000-8.500, jadi (harga) sekarang masih wajar,” katanya.
Dedi juga mengaku, hingga Senin 31 Agustus 2015, belum ada keluhan masuk padanya. Justru para pengrajin tahu sedang naik produksinya, baik pengrajin besar maupun kecil. Pengrajin kecil yang mulanya produksi hanya mencapai 20 jerang per hari, sekarang meningkat 25-30 jerang per hari. “Biasanya cuma 2 kuintal sekarang jadi habis 3 kuintal. Berarti meningkat, kan?” kata Dedi.
Di samping jumlah produksi meningkat, menurut Dedi penghasilan tukang tahu masih normal. "Penghasilan turun 30 persen itu bohong. Penjualan sedang baik karena tahu sedang laku diburu pengganti ayam yang melonjak tinggi," kata Dia.