Aura Mistis Lubuk Larangan: Ikan Dibuang, Hilang Sekejap (1)

Reporter

Editor

Bobby Chandra

Selasa, 18 Agustus 2015 07:43 WIB

Warga memperlihatkan ikan hasil tangkapan dalam tradisi Panen Ikan Lubuk Larangan di sungai Subayang, Desa Tanjung Belit, Kampar Kiri, Riau, 16 Agustus 2015. TEMPO/Riyan Nofitra

TEMPO.CO, Pekanbaru - Jarum jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Namun masyarakat Desa Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Riau, sudah turun ke tepian Sungai Subayang. Mereka beramai-ramai menumpang perahu menyusuri sungai menuju Lubuk Larangan. Pagi itu, Ahad, 16 Agustus 2015, boleh jadi dikatakan hari bahagia bagi warga setempat. Sudah waktunya panen ikan di Lubuk Larangan.

Berita Menarik: Si Cantik Bawa Bendera: Ini yang Ditakutkan di Depan Jokowi

"Saat ini waktu yang tepat membuka Lubuk Larangan," kata Epri Desmi, yang diberi amanah oleh warga sebagai tetua di kampung dalam urusan Lubuk Larangan. Ia diberi gelar Datuk Godang. Tempo berkesempatan mengikuti tradisi panen ikan di Lubuk Larangan, jaraknya sekitar 12 kilometer dari permukiman warga. Tak ada akses darat, perahu satu-satunya kendaraan menyusuri sungai yang membelah hutan berbukit hijau.

Sungai Subayang merupakan akses transportasi masyarakat di kawasan penyangga Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling. Hampir setiap hari warga hilir mudik menggunakan perahu. Tak ada yang membedakan aliran sungai untuk transportasi dengan aliran sungai di Lubuk Larangan. Hanya saja, masyarakat sepakat menentukan lokasi Lubuk tepat di bagian aliran sungai dengan kedalaman 1-2 meter.




Warga meyakini bagian sungai yang dalam merupakan tempat paling disenangi ikan untuk bertelur. "Lubuk Larangan itu di antara dua Beting atau aliran sungai yang dangkal," kata Epri. Lubuk larangan memiliki panjang 500-800 meter. Ia hanya dibatasi seutas tali yang diikatkan di antara dua pohon di atas bukit yang mengapit sungai. Warga yang melewati sungai tidak diizinkan mengambil ikan barang seekor pun.

Menurut cerita masa lampau, warga yang nekat mengambil ikan di Lubuk Larangan sebelum waktunya akan menerima tulah sumpah seperti perut akan membuncit atau meninggal setelah makan ikan. "Itu sudah menjadi keyakinan sejak zaman dulu," kata Epri. Terbukti, tradisi yang melekat di Lubuk Larangan hingga kini terus lestari. Tidak satu pun warga yang berani mengambil ikan sebelum waktunya.


Berita Terbaru: Cemas di Depan Jokowi,Ini Hebatnya Si Cantik Pembawa Bendera

Warga dituntut berlaku jujur hanya dengan seutas tali yang menjadi tanda Lubuk Larangan. Tapi saat ini, bagi warga yang kedapatan mengambil ikan di kawasan Lubuk Larangan akan dikenakan sangsi adat "Denda berupa satu sak semen," ucap Epri. Ikan yang menghuni di Lubuk larangan hanya boleh dipanen secara bersama-sama dalam jangka waktu satu atau dua tahun sekali tergantung kondisi alam.

Waktu yang tepat panen ikan pada musim panas saat ketinggian air tidak terlalu dangkal serta tidak juga terlalu dalam. "Kalau musim hujan ikan bisa hanyut terbawa air," kata Epri, lagi. Sambil menunggu kaum pria menjaring ikan, kaum wanita dibantu anak mereka mendirikan tenda di tepian sungai. Biasanya satu tenda diisi oleh satu keluarga, yang biasa gunakan untuk makan bersama selepas memanen.


Selanjutnya: Ritual khusus sebelum ramai-ramai masuk Lubuk Larangan.

Berita terkait

Banjir Dasyat Setinggi Leher Terjang Guangdong Cina, 11 Orang Hilang

11 hari lalu

Banjir Dasyat Setinggi Leher Terjang Guangdong Cina, 11 Orang Hilang

Sebelas orang hilang di Guangdong akibat banjir dasyat di provinsi selatan Cina itu pada Senin 22 April 2024

Baca Selengkapnya

Kali Kamal Meluap, Ruas Tol Sedyatmo Masih Terendam

42 hari lalu

Kali Kamal Meluap, Ruas Tol Sedyatmo Masih Terendam

Ruas Tol Sedyatmo KM 27 terpantau hingga Jumat 22 Maret 2024 pukul 18.00 WIB masih terendam air luapan Kali Kamal.

Baca Selengkapnya

Mentan Galakkan Pompanisasi 500 Ribu Hektare di Jawa, Siapkan Anggaran Rp 5,8 Triliun

45 hari lalu

Mentan Galakkan Pompanisasi 500 Ribu Hektare di Jawa, Siapkan Anggaran Rp 5,8 Triliun

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bakal melakukan pompanisasi pada 500 ribu hektare lahan tadah hujan di Pulau Jawa.

Baca Selengkapnya

500 Ribu Meter Kubik Material Erupsi Gunung Marapi Ancam Warga hingga 7 Kilometer

23 Januari 2024

500 Ribu Meter Kubik Material Erupsi Gunung Marapi Ancam Warga hingga 7 Kilometer

Jika terjadi banjir lahar hujan, katanya, tumpukan material vulkanik Gunung Marapi tersebut dapat menjangkau hingga area tujuh kilometer.

Baca Selengkapnya

BRI Peduli Ajak Masyarakat Jaga Ekosistem Sungai

1 Januari 2024

BRI Peduli Ajak Masyarakat Jaga Ekosistem Sungai

BRI berupaya mendorong perbaikan dan revitalisasi sungai di sejumlah wilayah di Indonesia, terutama yang tingkat pencemaran airnya sangat tinggi terutama akibat sampah yang menumpuk.

Baca Selengkapnya

Makassar, Kota Sehat yang Diarenya Meningkat

31 Desember 2023

Makassar, Kota Sehat yang Diarenya Meningkat

Jamban itu digunakan oleh lima orang. Mereka berdomisili di Kelurahan Banta-bantaeng, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar.

Baca Selengkapnya

Terdampak Erupsi Gunung Marapi, Ini Kondisi Terkini Hulu Sungai di Sekitarnya

18 Desember 2023

Terdampak Erupsi Gunung Marapi, Ini Kondisi Terkini Hulu Sungai di Sekitarnya

Erupsi Gunung Marapi membuat sejumlah sungai terpapar abu vulkanik, guguran lava, awan panas, dan banjir bandang. Ini kondisi terkini.

Baca Selengkapnya

BRIN Melakukan Penelitian Jalur Migrasi Ikan, Ada Tangga Iwak di Bendungan

8 Desember 2023

BRIN Melakukan Penelitian Jalur Migrasi Ikan, Ada Tangga Iwak di Bendungan

BRIN melakukan penelitian jalur migrasi ikan atau fishway untuk pengelolaan sumber daya perairan sungai yang berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Busa Limbah Penuhi Kali Baru Depok, Ini Dugaan Sementara Penyebabnya

28 November 2023

Busa Limbah Penuhi Kali Baru Depok, Ini Dugaan Sementara Penyebabnya

Pemkot Depok sedang menelusuri munculnya busa yang menutupi areal Curug Kali Baru, Cimanggis

Baca Selengkapnya

Pesona Kali Biru, Sepotong Surga di Tanah Raja Ampat Papua Barat

11 November 2023

Pesona Kali Biru, Sepotong Surga di Tanah Raja Ampat Papua Barat

Disebut Kali Biru karena sungai di tanah Raja Ampat ini memiliki air jernih yang memancarkan warna biru dari dasarnya.

Baca Selengkapnya