Taufiq Ismail Kritik Pelajaran Mengarang di Sekolah  

Reporter

Editor

Erwin prima

Minggu, 16 Agustus 2015 07:39 WIB

Taufik Ismail di kantor Majalah Horison, Jakarta, Selasa (3/9). TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Bandung - Penyair Taufiq Ismail angkat bicara terkait dengan kurikulum pendidikan bahasa dan sastra yang diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia. Menurut dia, dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, sistem belajar-mengajar bahasa tak mengalami perubahan.

Bahkan, kata Taufiq, kondisi pendidikan di Tanah Air semakin mengalami penurunan ketimbang zaman ketika negeri ini masih pekat dengan aroma penjajahan. "Kondisinya sekarang semakin menurun, terutama masalah bahasa dan sastra," katanya kepada Tempo setelah menghadiri peresmian Perpustakaan Ajip Rosidi di Jalan Garut, Kota Bandung, Sabtu, 15 Agustus 2015.

Menurut dia, pengajaran bahasa dan sastra di sekolah-sekolah itu harus diubah. Orientasi materi dalam pengajaran yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik hanya berkutik pada tata bahasa. Dengan demikian, peserta didik merasa bosan karena hanya pengulangan semata, tidak membuka ruang bagi siswa untuk berkreasi.

"SD disuruh menghafal awalan, sisipan, akhiran; SMP awalan, sisipan, akhiran; di SMA pun sama, apakah itu fonem, apakah itu peribahasa, berikanlah definisimu," ujarnya.

Setidaknya, menurut dia, ada dua hal yang perlu diperbaiki, yakni ihwal kecintaan membaca buku dan kemampuan menulis peserta didik. "Jadi, saat SMA, dua hal itu saja yang perlu ditekankan," tutur pria kelahiran Bukittinggi, 25 Juni 1935, itu.

Taufiq berkisah, dulu, ketika Indonesia tidak lebih dari sekadar imajinasi, saat masa penjajahan Hindia Belanda, pengajaran bahasa dan sastra di negara kita sama dengan pelajaran bahasa dan sastra yang ada di Amerika dan Eropa. Setiap siswa, dia melanjutkan, harus bisa menguasai sekurang-kurangnya tiga bahasa, yakni Melayu, Belanda, dan Inggris.

Setiap siswa diwajibkan membaca buku sebanyak 25 dalam kurun waktu tiga tahun, yakni sembilan judul buku pada tahun pertama serta delapan judul buku pada tahun kedua dan ketiga. Adapun untuk tugas mengarang diwajibkan per satu minggu satu karangan sebanyak dua lembar. "Kalau dijumlahkan selama tiga tahun, anak itu mampu mengarang sebanyak 108 karangan," ucap penulis buku Prahara Budaya itu.

Sedangkan sekarang, kata dia, siswa hanya ditugaskan mengarang satu tahun sekali. Dan yang membuat Taufiq nyinyir adalah tema karangan itu sama di setiap SMA di Indonesia yang berjumlah sekitar 26 ribu sekolah, yakni "berlibur ke rumah nenek".

"Kewajiban menulis itu cuma sekali setahun, waktu mau naik kelas, jadi mirip salat Idul Fitri. Nah, itulah kebobrokan pendidikan kita sekarang, dan harus segera diperbaiki," ucapnya.

Maka itu, hingga kini, Taufiq bersama sastrawan lain sedang berusaha mengusulkan agar kurikulum pendidikan di Indonesia itu diubah. Namun usaha Taufik dan rekan-rekannya selama 17 tahun ke belakang nyaris tidak membuahkan hasil.

"Jadi kami sebagai para sastrawan minta terus kepada menteri supaya diganti kurikulumnya, tapi kan tahu sendiri mengubah kurikulum di Indonesia itu susahnya bukan main," katanya.

AMINUDIN

Berita terkait

Keunikan Stadion Siliwangi, Lokasi Konser Sheila on 7 di Bandung, Pernah jadi Markas Tim Sepak Bola Militer Belanda

1 hari lalu

Keunikan Stadion Siliwangi, Lokasi Konser Sheila on 7 di Bandung, Pernah jadi Markas Tim Sepak Bola Militer Belanda

Di Bandung, Sheila on 7 akan mangung di Stadion Siliwangi. Awalnya stadion itu bernama lapangan SPARTA, markas tim sepak bola militer Hindia Belanda.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita di Apartemen Jardin Bandung yang Kabur ke Jakarta

11 hari lalu

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita di Apartemen Jardin Bandung yang Kabur ke Jakarta

Seorang wanita ditemukan tewas di Apartemen Jardin, Kota Bandung, diduga dibunuh pelanggannya

Baca Selengkapnya

Rekomendasi 5 Tempat Wisata Air di Bandung untuk Menghabiskan Waktu Libur Lebaran

16 hari lalu

Rekomendasi 5 Tempat Wisata Air di Bandung untuk Menghabiskan Waktu Libur Lebaran

Salah satu aktivitas rekreasi yang bisa dilakukan bersama dengan keluarga ketika masa libur lebaranadalah berenang.

Baca Selengkapnya

Penumpang Terminal Leuwipanjang Bandung Naik 20 Persen Selama Arus Mudik Lebaran

21 hari lalu

Penumpang Terminal Leuwipanjang Bandung Naik 20 Persen Selama Arus Mudik Lebaran

Kepala Terminal Leuwipanjang Kota Bdung Asep Hidayat mengatakan, kenaikan jumlah penumpang di arus mudik Lebaran terpantau sejak H-7.

Baca Selengkapnya

Jawab Permendikbud yang Baru, Kepala Pusdiklat Kwarnas: Pembinaan Pramuka Tetap Kuat

25 hari lalu

Jawab Permendikbud yang Baru, Kepala Pusdiklat Kwarnas: Pembinaan Pramuka Tetap Kuat

Penilaian ini berbeda dari pernyataan sikap Sekretaris Jenderal Kwarnas Gerakan Pramuka periode 2018-2023, Mayjen TNI (Purn) Bachtiar Utomo.

Baca Selengkapnya

Ketua Kwarda Ini Setuju Pramuka Tidak Wajib di Sekolah, Kenapa?

26 hari lalu

Ketua Kwarda Ini Setuju Pramuka Tidak Wajib di Sekolah, Kenapa?

Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan pun dianggapnya rancu dengan Pendidikan Karakter Profil Pelajar Pancasila.

Baca Selengkapnya

Peraturan Baru Menteri Nadiem Soal Pramuka, Kemendikbudristek Tegaskan Ini

26 hari lalu

Peraturan Baru Menteri Nadiem Soal Pramuka, Kemendikbudristek Tegaskan Ini

Penjelasan menyusul hangatnya perbincangan mengenai Pramuka beberapa hari belakangan menyusul terbitnya Peraturan Mendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Monyet Ekor Panjang Berkeliaran di Bandung, Pakar ITB: Akibat Habitat Rusak dan Perburuan

47 hari lalu

Monyet Ekor Panjang Berkeliaran di Bandung, Pakar ITB: Akibat Habitat Rusak dan Perburuan

Pakar ITB menengarai kemunculan monyet ekor panjang di Bandung akibat kerusakan habitat asli. Populasi mamalia itu juga tergerus karena perburuan.

Baca Selengkapnya

Serba-serbi Monyet Ekor Panjang, Mengapa Bertindak Agresif ke Manusia?

54 hari lalu

Serba-serbi Monyet Ekor Panjang, Mengapa Bertindak Agresif ke Manusia?

Macaca Fascicularis atau di Indonesia lebih dikenal monyet ekor panjang kerap bertindak agresif pada manusia, apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Kawanan Monyet Ekor Panjang Masuk Pemukiman Warga Kota Bandung, Pertanda Apa?

55 hari lalu

Kawanan Monyet Ekor Panjang Masuk Pemukiman Warga Kota Bandung, Pertanda Apa?

Monyet turun gunung, termasuk monyet ekor panjang ini disebut-sebut menjadi pertanda akan terjadi suatu peristiwa, apa itu?

Baca Selengkapnya