Penataan Alun-alun Gunakan Dana Keistimewaan, Ini Besarannya

Reporter

Kamis, 13 Agustus 2015 22:02 WIB

Warga berfoto di atas kendaraan tempur yang diperlihatkan kepada publik di Alun-alun Utara, Yogyakarta, Jumat 10 Oktober 2014. TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X meresmikan penataan Alun-alun Utara Yogyakarta. Menurut Sultan Alun-alun Utara maupun selatan merupakan bagian utama wajah keraton Yogyakarta, atau dikenal sebagai projotikno. Sehingga proyek revitalisasi dengan dana keistimewaan itu dianggap penting. "Kalau alun-alunnya kumuh, artinya keraton dan saya juga kumuh, padahal saya merasa enggak kumuh," ujar Sultan.

Lalu berapa besar dana keistmewaan yang digunakan untuk merevitalisasi Alun-alun Utara? Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum DIY Muhammad Mansyur mengatakan total anggaran dana keistimewaan yang disiapkan untuk revitalisasi seluruh kawasan Alun-Alun Utara itu hampir sekitar Rp 25 miliar. Penataan tersebut meliputi penataan sisi timur, utara, barat, hingga meluas sampai pembangunan Terminal Ngabean.

"Untuk komplek alun-alun utara dan pekapalan ini saja Rp 8,5 miliar, untuk Terminal Ngabean Rp 12,5 miliar,dan kami usulkan lagi tahun ini Rp 4,5 miliar untuk sarana pendukung," ujarnya.

Kepala Dinas PU dan ESDM DIY Rani Sjamsinari menambahkan, untuk proyek revitalisasi kawasan alun-alun ini pemerintah menyediakan setidaknya shelter semi permanen total 129 unit dilengkapi fasilitas air bersih dan drainase, serta gerobak 90 unit plus toilet underground sebanyak 16 unit (sisi barat dan timur), juga dua mobil pembersih khusus kawasan sebanyak dua unit.

Seorang pedagang Sukarti, 45, yang merupakan generasi kedua dari ayahnya yang berdagang di kawasan Alun-Alun Utara sejak 1945, mengatakan seleksi pedagang dipilih atas otoritas pemerintah sepenuhnya. Ia termasuk satu dari 200 pedagang yang tertampung di areal tersedia. Padahal di alun-alun ada 500 pedagang.

"Gratis tak dipungut biaya, tapi fasilitasnya terserah pemerintah, kita menyesuaikan," ujarnya. Misalnya selama puluhan tahun keluarganya jualan kaus, tapi karena dapat jatah shelter maka ia berganti dagangan menjual angkringan.

Dalam surat berkop Gubernur DIY nomor 650/7601 yang ditandatangi pada 27 Juli Sultan menyebutkan bahwa penataan Alun-Alun Utara merupakan bagi dari pertanggungjawaban penggunaan dana keistimewaan. "Alun-alun utara tidak diperkenankan untuk parkir, kaki lima," tulis Sultan dalam surat tersebut.

PRIBADI WICAKSONO


Berita terkait

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

10 jam lalu

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek menggelar syawalan, hadirkan Budaya Yogyakarta antara lain sendratari dan prajurit keraton Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

21 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

22 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

31 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

52 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

53 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

53 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

12 Februari 2024

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

Upacara adat yang digelar Keraton Yogyakarta ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan alam

Baca Selengkapnya

Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

11 Februari 2024

Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

Dua abad lalu, Keraton Yogyakarta pernah dijarah tentara Inggris, tapi keraton tidak hancur dan mash bertahan sampai saat ini.

Baca Selengkapnya