Presiden Joko Widodo (lima kiri) didampingi Ibu Negara Iriana Widodo (dua kanan), Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin (tiga kanan), Gubernur Jawa Timur Soekarwo (tiga kiri), Presiden Republik Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri (kanan), Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj (kiri), dan sesepuh NU KH Achmad Mustofa Bisri secara resmi membuka Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama. Jombang, Jawa Timur, 1 Agustus 2015. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Panitia Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama, KH Imam Aziz, menyatakan proses muktamar tetap berlanjut meski ada pengurus cabang dan wilayah yang menggelar musyawarah secara terpisah. Menurut dia, baru saja terpilih Rais Aam dan wakilnya yakni Mustofa Bisri alias Gus Mus dan Ma'ruf Amin. “Ahwa telah memutuskan memilih mereka berdua,” ujar Imam saat dihubungi, Rabu, 5 Agustus 2015.
Imam mengklaim mekanisme pemilihan Ahwa atau ahlul halli wal aqdi yang dipersoalkan sekitar 300 pengurus cabang dan wilayah itu sudah sesuai kesepakatan para muktamirin. Prosesnya adalah dari wilayah cabang atau wilayah melakukan siding khusus suriah. Nah, siding suriah itu yang menentukan sistem Ahwa dipakai atau tidak.
Keputusannya, kata Imam, peserta muktamar khususnya peserta sidang Syuriah menerima sistem Ahwa sebagai proses pemiliha Rais Aam. “Sebagian memang tidak menerima. Itu cara bermusyawarah yang baik,” ujarnya. Meski begitu, kata dia, bukan berarti yang tidak setuju dengan sistem ahwa boleh menggelar muktamar sendiri. “Yang tidak setuju tetap harus mengikuti keputusan.”
Selain muktamar di alun-alun Jombang, sejumlah pengurus cabang yang tidak setuju menggelar pertemuan sendiri di Pesantren Tebu Ireng yang dipimpin KH Sholahuddin Wahid.