Kemarau, PDAM Gunungkidul Minta Pelanggan Naikkan Konsumsi  

Reporter

Selasa, 4 Agustus 2015 12:43 WIB

Warga memanggul air dari kolam yang tersisa di Kampung Korehkotok, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 29 Juli 2015. Kekeringan mulai meluas di Kabupaten Bandung Barat. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Gunungkidul - Memasuki masa puncak musim kemarau pada Agustus ini Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Gunungkidul justru meminta pelanggannya untuk meningkatkan konsumsi air agar perusahaan tidak merugi arena ongkos operasional yang terlampau tinggi. “Karena tarif belum ada perubahan, kami mendorong konsumsi bisa lebih tinggi saat kemarau seperti sekarang,” kata Direktur Utama PDAM Gunungkidul Isnawan Fibriyanto kepada Tempo, Senin, 3 Agustus 2015.

Selama ini PDAM Gunungkidul melakukan pengambilan air di tiga sumber air utama selama 24 jam. Adapun tarif layanan saat ini belum mengalami kenaikan yakni dari yang termurah Rp 2.700, Rp 3.200, dan Rp 4.200 per meter kubiknya.

Pada saat kemarau, penggunaan air PDAM sekitar 10 meter kubik per bulan dengan tarif Rp 3.200 per meter kubik. Adapun ongkos operasional PDAM baru impas manakala pelanggan menggunakan layanan minimal 30 meter kubik dengan biaya Rp 4.200. Padahal ongkos operasional pada saat kemarau lebih tinggi, karena membutuhkan listrik yang lebih banyak. “Karena permukaan air tanah di tiga sumber mulai turun, ” ujar Isnawan.

Masalahnya, pada saat kemarau pasokan listrik dari Perusahaan Listrik Negara justru menurun. Sehingga pelayanan PDAM yang seharusnya bisa 24 jam, hanya bisa selama 10-20 jam saja.

Hingga awal bulan ini, permukaan air tanah di sumber-sumber air PDAM terpantau menurun 15-20 persen meskipun belum mempengaruhi debit secara signifikan. Isnawan mengatakan untuk pengambilan sumber air di Pantai Baron masih bisa terangkat hingga 150 liter per detik, sedangkan dari Gua Seropan sumber air masih terangkat hingga 160 liter per detik, adapaun dari sumber air di Bribin masih menyumbang 80 liter per detik. “Debit air belum terpengaruh turunnya permukaan air tanah,” ucapnya.

Camat Tepus Sukamto yang daerahnya termasuk mengalami kekeringan terparah mengatakan penyaluran bantuan air akan ditangani dua pihak yakni kecamatan dan Dinas Sosial. "Dropping air ini gratis bagi warga, namun hanya untuk kebutuhan rumah tangga, bukan untuk pertanian," ujarnya.

Penyaluran bantuan dilakukan berdasarkan usulan dari masing-masing desa dan kesiapan armada. Untuk desa yang masih bisa memanfaatkan sumber air seperti telaga yang belum kering maka jatah airnya akan dialihkan pada daerah lainnya.

Berdasarkan rekapitulasi data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta hingga Juli 2015 lalu menunjukkan, jumlah total kecamatan yang terdampak kekeringan terparah ada di Gunungkidul mencapai 14 kecamatan. Kemudian disusul Kabupaten Bantul sebanyak 8 kecamatan, Kulonprogo 4 kecamatan, dan Sleman 3 kecamatan.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

6 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

9 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

33 hari lalu

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

Kominfo bertugas memastikan jaringan telekomunikasi di Forum Air Sedunia pada 18-25 Mei 2024 di Bali.

Baca Selengkapnya

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

39 hari lalu

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

43 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

45 hari lalu

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

Bencana akibat krisis iklim membuat 874 Ha sawah di Jawa Barat gagal panen pada musim tanam 2023/2024. Lahan tergerus banjir, kering, dan longsor.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

45 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

50 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

54 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

56 hari lalu

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

Kepulauan Canary, khususnya Pulau Tenerife, di Spanyol menghadapi kekeringan parah yang semakin memburuk,

Baca Selengkapnya